Bersyukur Karena Allah
Ketika Anda duduk menikmati hidangan kalkun dan segala kesukaan Anda lainnya pada waktu Thanksgiving (Hari Pengucapan Syukur), apa yang menjadi fokus ucapan syukur Anda? Kebanyakan orang percaya kemungkinan akan berfokus pada berkat-berkat yang diberikan Allah sepanjang tahun itu – pemeliharaan-Nya, pimpinan-Nya, perlindungan-Nya, dan terutama anugerah keselamatan-Nya.
Tahun ini saya menantang Anda untuk memfokuskan rasa syukur Anda kepada Allah sendiri. Alih-alih hanya bersyukur dan berterima kasih atas hal-hal yang Dia lakukan, mari kita sekarang bersyukur karena siapa Dia. Karena mengenal Dia sebagai Bapa Pengasih yang memperhatikan kita akan membuat kita tak mudah kehilangan perspektif tentang kemuliaan-Nya yang besar. Siapakah Sang Maha Kuasa yang kita sebut Allah ini?
Di dalam Alkitab, Tuhan dinyatakan dengan banyak nama dan sebutan, tetapi di Keluaran 3:14, Dia memperkenalkan Diri-Nya sebagai “AKU ADALAH AKU,” atau YAHWEH dalam bahasa Ibraninya. Nama ini menunjukkan eksistensi, kedaulatan, dan kemaha-hadiran-Nya yang kekal, serta kuasa, hikmat dan pengetahuan-Nya yang tak terbatas. Kemudian, di kitab yang sama, Dia juga menggambarkan Diri-Nya sebagai “TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Keluaran 34:6).
Betapa dahsyatnya Allah yang kita layani. Dia tidak hanya berdaulat dan berkuasa; Dia juga pengasih, baik dan ramah. Kita tak perlu meragukan kasih-Nya atau merasa khawatir Dia tidak dapat menolong. Bahkan, sekalipun segala sesuatu di sekeliling kita berubah, Dia tetap tidak berubah.
Meskipun kedahsyatan-Nya tak mudah dipahami dengan pikiran kita yang terbatas, saya berdoa renungan bulan ini akan memperluas rasa syukur Anda kepada Allah, sementara Anda mengalami-Nya l