Cara Tuhan Mengasihi
(Sandy Feit)
Tuhan memberikan tepat yang saya butuhkan, sekalipun hal itu tampaknya mustahil.
Kehilangan orang terkasih tak pelak akan memunculkan sejuta kenangan – ada yang menghangatkan hati, ada pula yang membuat kita berharap dapat menulis-ulang sejarah. Lima tahun setelah suami saya meninggal, saya bersyukur saya tidak memiliki banyak penyesalan, hanya terkadang saja saya teringat pada saat-saat reaksi saya seharusnya bisa lebih murah hati dan berbelas kasih. Dan saya akan tertegun dan berharap, Andai saja ia bisa berkata pada saya, “Tidak apa-apa.”
Pertama-tama, perkenankan saya kembali ke belakang. Bertahun-tahun yang lalu, saya menyelesaikan sebuah kursus Pendalaman Alkitab Internasional yang memiliki siklus tujuh tahun, dan meskipun seluruh pelajaran itu sangat baik, kitab yang menjadi favorit saya adalah kitab Kejadian. Secara berulang-ulang kitab itu menunjukkan bahwa hal yang tampaknya mustahil untuk direncanakan ternyata bisa dilakukan dan diselesaikan oleh Tuhan kita yang mahakuasa dan peduli. Sebagai contoh, ada pasutri lanjut usia yang mandul yang dijanjikan keturunan yang tak terbilang banyaknya. Ada budak yang dipenjarakan yang naik ke tampuk kekuasaan dan menyelamatkan keluarga yang membuangnya. Dan yang terindah dari semuanya, ada Pencipta yang penuh kasih, yang merindukan persekutuan yang erat dengan kita meskipun kita telah memberontak – dan membuka jalan pendamaian. Dari awal sampai akhir, kitab ini mengungkapkan bukan saja kemahakuasaan Tuhan tetapi juga kerinduan-Nya yang lembut untuk terlibat dalam hidup kita.
Setelah menyelesaikan kursus itu, saya ingin sekali dapat mengulang mengikutinya lagi. Nah, pada bulan Agustus yang lalu, melalui seorang sahabat saya mendapat kabar bahwa Pendalaman Alkitab Internasional itu sudah dimulai lagi dari kitab Kejadian – dengan kurikulum yang lebih baru, tentunya. Pelajaran akan dilaksanakan melalui Zoom, dan penetapan waktu pelaksanaan yang tidak biasa berarti pendalamaan firman Tuhan itu akan diadakan bersama wanita-wanita dari semua benua. Meskipun masih bergumul dengan komitmen waktunya, saya tidak bisa mengubah perasaan saya bahwa saya harus mendaftar.
Saya tidak kecewa. Materi yang baru bahkan lebih kaya, dan berkat Zoom, saya jadi bisa belajar bersama – dan dari —sekelompok wanita dewasa rohani yang mengasihi Kristus dari berbagai latar belakang dan zona waktu.
Karena ingin tahu apakah ada hal-hal berbeda yang menarik perhatian saya kali ini, saya mendapat ide untuk mencari catatan-catatan saya tentang kitab Kejadian itu dari lima belas tahun yang lalu. Saya menemukan dan membuka buku catatan lama itu untuk membandingkan – dan saya pun mendengar elahan napas saya sendiri. Yang saya pegang ternyata bukan buku catatan saya, tetapi buku catatan suami saya. Elliot pernah mengajar sekelompok pria, tetapi saya tidak ingat bahwa yang dibahas adalah kitab Kejadian dan bahwa ia menyimpan catatannya. Dan ternyata inilah buku catatan itu dengan tulisan tangannya yang sangat tidak asing bagi saya.
Sekarang, setiap minggu setelah saya menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan saya sendiri, saya akan menikmati secangkir teh sembari memakai catatan-catatan itu untuk mempelajari kitab favorit ini “bersama” Elliot. Setiap pelajaran memberi saya gagasan tentang cara berpikirnya – dan saya menikmati keterhubungan dengannya maupun penemuan-penemuan kecil di sepanjang jalan itu. Bagian favorit saya adalah permata dari pembahasan tentang Kejadian 24. Ayat pertama pasal ini berkata, “Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal,” dan sebagai bahan penerapan pribadi, peserta ditanya, “Bagaimana Tuhan sedang memberkati Anda saat ini?” Nah, saya tahu bagaimana saya harus menjawabnya: “Dengan membuat saya menemukan jawaban Elliot!” Hal yang sudah ditulisnya adalah “pernikahan yang sangat indah.”
Itulah hadiah terbaik yang pernah saya terima. Tulisannya itu telah menolong saya untuk berlaku ramah pada diri sendiri pada saat-saat saya berharap bisa mengasihi lebih baik – tulisannya itu berbicara tentang pengampunan dalam bentuk yang lebih menenteramkan bahwa kasih dapat menjadi sangat indah tanpa harus menjadi sempurna. Dan nasihat dari Elliot sendiri tepat seperti yang saya bayangkan, meskipun secara manusia hal itu tidak mungkin. Itulah satu contoh lagi tentang tema yang saya hargai dari kitab Kejadian, bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan (Kejadian 18:14).
Ketika semakin jelas bahwa serangkaian peristiwa telah terjadi bertahun-tahun yang lalu, saya mulai menghargai betapa Tuhan semesta alam selalu menyertai saya; saya merasa dikenal. Pengalaman ini memperkaya pemahaman saya tentang kasih Tuhan yang mendalam dan personal sebagaimana yang dijelaskan Dr. Stanley dalam khotbahnya yang berjudul “Kasih Tuhan”:
Tuhan mengasihi dunia bukan dalam kelompok-kelompok besar tertentu. Bukan dalam pot besar yang Dia lemparkan kepada semua orang dan berkata, “Nah, Aku mengasihi semua orang” … Dia mengasihi setiap kita secara pribadi … Dan Dia ingin kita tahu bahwa Dia mengasihi kita. Mengapa? Karena, Anda tahu, ada begitu banyak yang tercakup di dalamnya. Jika Dia mengasihi saya, Dia akan setia pada saya. Jika Dia mengasihi saya, “Ya, Dia sudah mati untuk saya.” Jika Dia mengasihi saya, Dia akan memerhatikan kebutuhan-kebutuhan saya. Jika Dia mengasihi saya, Dia akan peduli pada setiap aspek kehidupan saya … Tuhan tahu dengan tepat bagaimana Anda dan saya perlu dikasihi.
Dan itulah tepatnya yang ditunjukkan kitab Kejadian – bahwa Tuhan mengasihi setiap kita secara unik: Adam menerima undangan untuk berjalan-jalan bersama Penciptanya pada waktu hari sejuk (Kejadian 3:8); Abraham dikaruniai seorang anak secara ajaib dan sebuah perjanjian yang masih terus berlangsung (Kejadian 17:5-6; 21:2); Yusuf dapat mengganti pakaian napinya dengan pakaian dari kain halus, cincin materai, dan kekuasaan yang ditetapkan untuknya (Kejadian 41:40-42). Dan Sandy mendapat surat cinta dari Tuhan dengan tulisan tangan (almarhum) suaminya.