Dalam Hal Ini Aku Bermegah
(Jamie A. Hughes)
Di antara semua pengetahuan yang saya dapatkan dari buku-buku, tak ada satu pun yang dapat mengajarkan pada saya pelajaran yang paling penting.
Ketika saya berusia 8 tahun, rumah saya kebakaran sementara seluruh keluarga sedang tidur di dalamnya. Bersyukur ibu saya terbangun karena mencium bau asap, dan ibu beserta ayah pun langsung membangunkan dan menyuruh semua orang keluar ke pintu depan. Api berasal dari kotak panel listrik yang sudah “konslet” disambar petir beberapa hari sebelumnya. Dengan kata lain, hal itu kemungkinan tak akan terjadi lagi. Tetapi saya tak juga berhenti cemas – atau ingin mengetahui segala sesuatu tentang kejadian-kejadian yang bisa mengakibatkan malam yang aneh dan menggoncangkan itu. Saya membaca apa saja yang bisa saya temukan tentang listrik, petir, dan merepotkan para petugas dengan berbagai pertanyaan pada saat mereka memperbaiki kembali keadaan di rumah kami. Saya percaya pengetahuan ini bisa membuat kami selamat. Jika lain kali hal ini terjadi lagi, saya akan tahu apa yang harus dicari dan dilakukan.
Saya selalu suka meneliti dan mempelajari banyak hal, tetapi kebakaran telah menyentak kebutuhan saya untuk lebih dari sekadar tahu. Buaya, lubang hitam, alat penggal kepala (guillotine), jembatan gantung – jika saya takut pada hal-hal ini atau tidak mengerti cara kerjanya, saya akan pergi ke perpustakaan dengan membawa buku catatan. Saya aman di sana. Saya dapat berjalan di deretan buku-buku, mencari buku yang tepat, dan menarik napas dalam-dalam. Apa pun yang perlu saya ketahui, bisa saya dapatkan di sana. Melalui penelitian, saya memberi bentuk dan rupa pada yang tidak diketahui. Saya memberinya nama atau istilah. Saya menyedot misteri itu seperti bisa ular dan menggantinya dengan kepastian.
Tak pelak, kecenderungan ini berlanjut sampai saya dewasa – fase hidup yang sangat mengesankan karena segala sesuatu menjadi semakin tidak pasti dan segala sesuatu seakan bertengger sementara di bahu Anda. Saya mungkin “dewasa” dalam banyak arti, tetapi saya masih berusaha menguasai berbagai faktor-X dalam diri saya dengan mempelajari tentang hal-hal itu. Fakta, data dan informasi adalah “bom” yang sering saya datangi ketika saya takut, yang bisa menjadi masalah. Memiliki pengetahuan pada dasarnya bukanlah hal buruk. Sesungguhnya, Tuhan berharap kita bertumbuh dalam hikmat ketika kita semakin dewasa. Tetapi ketika saya menempatkan iman saya pada mekanisme penyelesaian masalah ini, dan bukan pada Tuhan sendiri, saya membuat berhala dari talenta yang baik ini. Saya lebih bersandar pada yang diciptakan daripada Penciptanya.
Di dalam buku yang berjudul Finding Peace (Menemukan Damai-Pen), Dr. Stanley menulis, “Tuhan tahu di mana saya setiap detik dari setiap hari, dan Tuhan lebih besar dari segala masalah atau situasi yang dapat melanda saya. Saya memiliki keyakinan penuh bahwa Tuhan sanggup mengatasi segala situasi saya dan memberi jawaban atas setiap pertanyaan atau persoalan … Saya tahu dengan kepastian yang dalam bahwa Tuhan selalu memegang kendali.” Inilah yang harus saya pelajari selama bertahun-tahun. Terkadang hal itu terjadi dengan mudah. Tetapi pada saat lain, hmm, bisa dikatakan pelajaran itu meninggalkan bekas luka. Itulah yang terjadi ketika Dia harus mengeluarkan berhala-berhala dari kepalan tangan kita.
Di dalam Mazmur 20:7-8, Daud menulis, “Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya. Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.” Bukan dengan kuda atau kereta, saya sering bermegah dengan data dan fakta, tetapi tampaknya sama saja. Hal-hal ini, meski berguna, tidak dapat melindungi saya, tidak dapat menyelamatkan saya. Semua itu tidak lebih dari layaknya batu bata kertas yang lemah yang saya gunakan untuk membangun benteng yang goyah di sekeliling saya. Semuanya akan hancur pada saat saya paling membutuhkan perlindungannya.
Tetapi Tuhan sangat jauh dari kemungkinan berbuat salah. Firman-Nya menunjukkan hal lain pada saya – yang semuanya lebih indah dan meyakinkan dari semua yang dapat saya baca di perpustakaan. Bahwa Dia adalah menara perlindungan yang kuat (Amsal 18:10). Dia memelihara dan menyembunyikan saya dalam naungan sayap-Nya (Mazmur 17:8) dan memegang saya dengan tangan kanan-Nya (Yesaya 41:10). Dialah tempat pengungsian saya (Nahum 1:7) dan perisai yang melindungi saya (Mazmur 3:4). Singkatnya, Dialah keamanan sejati di dunia yang tidak aman, dan Dia tak pernah gagal.