Dari Amram Sampai Zelafehad
Oleh: Chad Thomas Johnston
Silsilah yang panjang bisa tampak membosankan, tetapi ada koneksi-koneksi berharga yang patut ditemukan.
“Anak-anak Kehat: Amram, Yizhar, Hebron dan Uziel,” tulis Kitab Keluaran, dan “Umur Kehat seratus tiga puluh tiga tahun” (Keluaran 6:17). Ayat-ayat semacam ini cenderung membuat banyak mata pengunjung gereja menyipit. Tetapi bagi saya, nama Amran mulai memenuhi kepala saya seperti pusaran mesin cuci yang sedang mengeringkan pakaian. Saya mengulanginya terus-menerus: Amram Amram Amram. Para penulis tertarik pada nama yang asing, pikir saya.
Cobalah mengganti nama-nama yang terdapat dalam silsilah Alkitab dengan, misalnya, bahan-bahan yang tak dapat dipahami yang tercantum pada botol sampo, maka yang terbaca pun akan sama-sama sulit dipahami. “Dan Polysorbate memperanakkan Methylisothiazolinone … .”
Yang menjadi pertanyaan adalah: Untuk apa membaca ayat-ayat seperti itu? Mengapa tidak dilompati saja? Meskipun pemazmur menulis tentang menyimpan Firman dalam hati, saya berani bertaruh bahwa seorang ahli jantung tidak akan menemukan Keluaran 6:17 di bilik-bilik jantungnya.
Ketika saya memutuskan untuk membaca Alkitab dalam setahun, saya tahu bahwa perjalanan saya akan mencakup menemukan nama-nama seperti Mefiboset dan Maher-Shahal-Hash-Baz. Tetapi apakah saya benar-benar perlu memperhatikan dengan cermat setiap nama yang saya jumpai? Apakah informasi itu benar-benar berharga? Namun saya langsung disadarkan bahwa jika Allah saja mengasihi orang seperti saya, Dia tentu mengasihi orang-orang yang tertulis dalam Firman-Nya. Sepanjang saya membaca dari Kejadian sampai Wahyu, saya juga memandangnya sebagai perjalanan dari A sampai Z— dari Amram sampai Zelafehad.
Satu nama yang khususnya membuat saya memasuki “lubang kelinci” silsilah adalah: Lewi, anak Yakub, saudara Yusuf. Di dalam Kejadian 34, ketika adik perempuannya yang bernama Dina mengunjungi kota Sikhem dan diperkosa oleh “Sikhem, anak Hemor, orang Hewi” (Kejadian 34:2), Lewi dan saudaranya, Simeon, melakukan aksi balas dendam. Mereka menipu orang-orang Sikhem agar mau melakukan sunat, dan kemudian melakukan penyerangan ketika semua laki-laki Sikhem masih menderita kesakitan setelah mengikuti prosedur itu.
Tidak suka dengan kekerasan yang dilakukan anak-anaknya, Yakub mengucapkan kata-kata keras kepada Simeon dan Lewi ketika ia memberkati 12 anaknya menjelang akhir hayatnya. “Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberangan mereka, sebab berangnya bengis. Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerakkan mereka di antara anak-anak Israel” (Kejadian 49:7).
Di dalam Alkitab, setiap individu adalah bagian dari kisah yang terus berlanjut yang mencakup nenek moyang dan juga keturunannya. Saya mungkin tak semestinya terkejut melihat tunas-tunas baru anugerah Allah muncul dari pohon keluarga Lewi, meskipun Yakub sudah mengucapkan perkataan yang keras itu menjelang kematiannya. Ingat Amran, anak Kehat? Lewi adalah ayah Kehat. Dengan mengingat hal ini, renungkanlah Keluaran 6:19, “Dan Amram mengambil Yokhebed, saudara ayahnya, menjadi isterinya, dan perempuan ini melahirkan Harun dan Musa baginya.” Musa dan Harun – adalah buah yang tidak biasa dari pohon keluarga yang sudah dikutuk.
Meskipun Harun sudah membuat patung anak lembu emas yang membuat Allah murka di Keluaran 32, Yahweh tetap menjanjikan jabatan imam kepadanya dan keturunannya. Lagipula, meskipun orang Lewi tidak memiliki tanah pusaka seperti suku-suku Israel lainnya, mereka tidak terserak seperti perkataan Yakub, mereka justru hidup sebagai satu keluarga imam di seluruh Israel – sebagai suku yang memiliki relasi dengan Tuhan yang berbeda dari suku-suku lainnya. Alih-alih memberi mereka tanah pusaka, Allah malah memberikan Diri-Nya sendiri sebagai milik pusaka orang Lewi (Yosua 13:33).
Jadi, meskipun Lewi sudah melakukan dosa besar, keturunannya menerima berkat tak terduga dan yang tak sepatutnya didapat. Jika saya hanya melewatkan setiap nama yang saya jumpai, saya tidak akan pernah sampai kepada perenungan ini. Memperhatikan hal-hal yang tampaknya kurang penting di dalam Kitab Suci akan membawa kita ke dalam permainan menghubungkan titik-titik semesta alam – yang membuat saya melihat bagaimana Tuhan bekerja menyatakan kasih karunia-Nya pada satu keluarga. Dalam kisah Lewi dan keturunannya, Sang Pencipta bertindak dengan cara yang menunjukkan dispensasi anugerah untuk masa mendatang melalui silsilah lainnya: Raja Daud dan akhirnya Yesus sendiri.
Setelah mempelajari yang saya temukan dari garis keluarga Lewi, saya kini dapat membaca bagian silsilah Alkitab lainnya dengan pandangan yang baru. Memang kebanyakan dari silsilah itu masih tetap seperti menyoroti daftar kontak telepon. Tetapi, alih-alih memikirkan ayat-ayat itu sebagai bagian yang kering atau sulit atau tak ada artinya, saya mulai membayangkannya sebagai bentangan padang gurun yang berisi berbagai kemungkinan – tempat-tempat yang membuat saya bisa menemukan harta karun, jika saja saya cukup berani untuk menggalinya.