Frekuensi Kasih Karunia
Pelajaran dari Bengkel Ayah Saya
Oleh : Ann-Margret Hovsepian
Kapan pun ayah saya diam dan terganggu perhatiannya saat makan malam, kami tahu ia sedang mengerjakan suatu perbaikan radio yang sulit hari itu dan entah dia masih berusaha untuk mengetahui cara memperbaikinya atau kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaannya. Terkadang ia kembali ke toko setelah makan, sebab ia sudah berjanji unitnya akan selesai diperbaiki esok harinya.
Tadi malam adalah salah satunya. Ayah saya Joseph Hovsepian, hampir berusia 77 tahun, masih menjalankan bisnis penjualan dan servis barang elektronik, Radio Hovsep, di area seni Plateau, Montreal. Sebagai satu-satunya bisnis seperti ini di kotanya, tokonya telah menjadi semacam museum dan sesuatu yang menonjol, dan orang datang dari berbagai tempat, memohon kepadanya untuk memperbaiki Victrola kakek mereka atau radio antik yang mereka temukan melalui Craigslist.
Baru-baru ini, seseorang membawakannya sebuah radio meja Normandia buatan Eropa, yang berusia sekitar 50 tahun. “Radio itu sudah benar-benar mati,” kata ayah memberitahu saya. Ia menghubungkan ke listrik, melakukan cek cepat visual atas lampu yang gosong dan cek audio untuk suaranya. Kemudian muncul secercah kehidupan namun tidak banyak, karenanya ia menguji tabungnya. Semuanya sudah lemah, sehingga ia menggantinya satu-per-satu dengan hati-hati. Masih belum bekerja. Lalu ia menguji voltase dan kapasitornya, mengganti suku cadang yang sudah lemah, dan akhirnya memasang setem baru. Akhirnya, setelah perombakan yang hampir selesai, pembersihan menyeluruh interior dan eksteriornya, dan sedikit penyetelan, radio itu kembali menyala.
Momen-momen seperti ini adalah hal yang biasa terjadi dalam bidang pekerjaan ayah saya, namun hal itu tidak membuatnya kurang ajaib bagi saya. Rak dan meja kerjanya dipenuhi dengan banyak radio dan tape recorder yang telah diabaikan di ruang bawah atau garasi selama bertahun-tahun. Seringkali barang itu dipenuhi debu, serangga mati, dan bahkan kotoran tikus. Kabel dan bagian dalamnya sudah berkarat, kering, meleleh, atau terbakar, bagian luarnya tergores dan berubah warna. Namun ia menikmati proses pembersihan dan perbaikan setiap barang yang dibawa kepadanya. Ia berkata, “Selagi saya mengerjakan unit-unit ini, saya memikirkan tentang Tuhan dan bengkel-Nya, dimana Ia mengambil kehidupan yang sudah babak belur dan terabaikan dan berurusan dengan setiap mereka. Ia memperbaiki apa yang rusak, membersihkan dan memoles apa yang ternoda dan kotor, serta memurnikan diri orang itu sepenuhnya. Ia menghilangkan kebiasaan yang buruk, keterikatan, dan kejahatan yang telah mempengaruhi jiwa yang terhilang tersebut. Terkadang prosesnya cepat, namun terkadang itu lebih menyakitkan.”
Kita dapat kembali kepada Tuhan lagi dan lagi untuk menerima perawatan dan perbaikan-Nya yang sangat baik, dan Ia tidak akan pernah mengusir kita.
Ia sendiri melihat bagaimana sentuhan kesabaran dan ahli dapat membuat perubahan besar bagi suatu radio, karenanya Ayah mendekati orang lain dengan pemahaman dan kasih sayang, dengan mengetahui bahwa mereka pun dapat dipulihkan dengan pertolongan Tuhan. “Saya telah melihat banyak radio yang dibuang bahkan dilempar ke jalan menjadi radio yang dapat digunakan dan dapat dinikmati kembali,” katanya. “Saya pun telah melihat banyak jiwa yang hancur dan tertolak kembali hidup setelah sang Teknisi yang agung menjamah hidup mereka dan memulihkan mereka.”
Dan ketika sampai pada hal itu, itulah persisnya yang Allah lakukan terhadap setiap anak-Nya, dan akan terus melakukannya, sampai karya-Nya di dalam kita selesai – bukan di atas meja kerja, melainkan di dalam ruang hati kita sendiri. Itulah keindahan memiliki hubungan dengan Dia: Kita dapat kembali kepada Tuhan lagi dan lagi untuk menerima perawatan dan perbaikan-Nya yang sangat baik, dan Ia tidak akan pernah mengusir kita.