Icip-Icip Yang Makin Lama Makin Terasa Nikmat
(Charles F. Stanley)
Alkitab adalah sumber nutrisi yang tak ada habisnya untuk menjadi seperti Kristus.
Membeli rumah pertama adalah pengalaman yang menggembirakan sekaligus menegangkan. Bayangkan skenario ini: Setelah urusan administrasi dan negosiasi selesai, Anda akhirnya menempati rumah itu. Tetapi setelah satu tahun, pintu-pintunya mulai berderit, dan Anda mulai merasakan getaran-getaran dan melihat keretakan-keretakan di dinding. Meskipun Anda sudah berusaha keras mengatasi setiap persoalan baru, Anda akhirnya sadar bahwa masalahnya sebenarnya bukanlah pada dinding dan pintu-pintu itu, tetapi pada fondasinya.
Skenario ini tak ayal merupakan hal yang banyak dialami pemilik rumah, tetapi juga menjadi gambaran tentang kehidupan Kristen. Dari tahun ke tahun, banyak orang datang pada saya mencari solusi atas masalah mereka. Mereka biasanya menginginkan solusi cepat, tetapi situasi-situasi mereka seringkali hanyalah gejala dari persoalan yang lebih dalam: mereka berusaha menjalani kehidupan Kristen tanpa Alkitab.
Kita tak boleh menganggap membaca Alkitab itu sebagai tindakan opsional. Sepertihalnya berdoa dan beribadah, Alkitab merupakan sarana penghubung vital antara Allah dan manusia. Pertama-tama, bagaimana gereja bisa mengerti dan mengajarkan tentang keselamatan jika tidak memahami tentang Injil yang tertulis dalam Alkitab? Bagaimana kita bisa belajar berelasi dengan Allah yang benar dan memiliki persekutuan dengan-Nya? Tidak, Dia tidak membiarkan kita memikirkan sendiri tentang siapa Dia dan apa yang dikehendaki-Nya. Relasi kita dengan Allah sebagian besar ditentukanoleh seberapa banyak waktu yang kita gunakan bersama Firman-Nya. Inilah sumber yang tak ada habisnya dalam menolong kita menjalani hidup yang tinggal dalam Kristus dan berkelimpahan melalui kuasa Roh Kudus.
Semua manusia hidup pada salah satu dari tiga tataran rohani(1 Korintus 2:14-16, 3:1). Manusia duniawi, atau orang tidak percaya, tidak dapat menerima yang dinyatakan Allah dan tidak dapat memahami Alkitab. Orang Kristen jasmani dibebani keinginan-keinginan berdosa dan hanya dapat memahami hal-hal dasar; tetapi manusia rohani hidup pada tataran pemahaman tertinggi. Orang ini adalah orang Kristen yang berdoa dan mempelajari Alkitab setiap hari sehingga memiliki pengetahuan dan kepekaan rohani yang lebih besar.
Mendapatkan Manfaat Sebesar-besarnya dari Alkitab
Agar dapat hidup pada tataran rohani tertinggi, kita perlu berada dalam Firman Allah secara terus-menerus. Tujuannya bukan hanya agar dapat mencentang daftar bacaan Alkitab, atau membaca secara sporadis dan tanpa arah. Yang kita perlukan adalah komitmen setiap hari seumur hidup agar Firman Allah dapat memengaruhi setiap aspek hidup kita.
- Memiliki tujuan yang benar. Orang membaca Alkitab dengan berbagai alasan – keingintahuan intelektual, kewajiban, kepuasan pribadi, mencari nasihat atau membantu menyelesaikan masalah. Namun, tujuan utamanya selalu untuk mengenal Allah, karena Alkitab adalah pewahyuan atau penyataan tentang diri-Nya.
Ada banyak orang yang berkata mereka percaya kepada Allah, namun jika Anda bertanya lebih jauh, Anda akan mendapati bahwa pikiran-pikiran mereka tidak didasarkan pada Alkitab. Bahkan orang Kristen pun dapat memiliki konsep yang salah tentang Allah, karena lebih mudah untuk memercayai yang kita inginkan atau menciptakan gambaran palsu kita sendiri tentang Dia. Namun sebagaimana dikatakan Mazmur 119:130, “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.” Kita tidak memiliki pemahaman yang akurat tentang Allah melalui pandangan atau filosofi pribadi kita, tetapi dengan membaca dan mempelajari pewahyuan/penyataan tentang diri-Nya, dan dengan memercayai Roh Kudus yang bekerja di dalam kita meneguhkan kebenaran itu.
- Memiliki sikap yang benar.Sekarang ini Alkitab sudah dianggap begitu biasa sampai kita sering mengabaikannilai pentingnya. Tetapi, pikirkanlah yang dikatakan Tuhan tentang orang-orang yang menghargai penyataan diri-Nya pada kita: “Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku” (Yesaya 66:2). Fakta bahwa Sang Pencipta semesta, yang benar dan kudus, berkenan berbicara kepada umat manusia, seharusnya memenuhi kita dengan rasa takjub dan hormat.
Kita juga perlu memiliki sikap percaya. Sikap tidak percaya (skeptis) adalahsiasat tertua Iblis dalam mendiskreditkan Firman Allah. “Tentulah Allah berfirman … ?” merupakanperkataan tipuan pertamanya kepada Hawa (Kejadian 3:1). Ketika akal budi manusiawikita membuat kita meragukan Firman, kita harus ingat bahwa perspektif kita yang terbatas tidaklah sebanding dengan kebenaran Allah yang mahatahu dan kekal. Menjadi pengritik Kitab Suci selalu lebih berbahaya daripada membiarkan Firman memengaruhi pikiran dan motivasi hati kita (Ibrani 4:12-13).
Akhirnya, kita harus membaca Alkitab dengan sikap taat. Pengetahuan Alkitab bukan hanya sesuatu yang kita kumpulkan di otak. Allah mau pengetahuan itu dipraktikkan dalam hidup kita dengan ketaatan kepada-Nya. Sesungguhnya, jika kita tidak menaati yang sudah kita ketahui, untuk apa Tuhan memberi kita pengetahuan lagi?
- Memandang Firman Allah sebagai makanan yang menguatkan dan menyenangkan. Orang yang kekurangan makanan akan tampak padatubuhnya yang merosot, tetapi kerusakan akibat kekurangan gizi rohani mungkin tidak tampak sejelas ini. Tetapi orang Kristen yang tidak cukup asupan nutrisinya akan mudah dirundung berbagai penyakit rohani. Mereka tidak berdaya melawan pencobaan, buta terhadap hal-hal yang salah, tidak mampu mengalahkan dosa, dikuasai hawa nafsunya sendiri, dan tidak mendapatkan manfaat dari disiplin kasih Bapa.
Petrus menasihati orang percaya agar “selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” (1 Petrus 2:2). Asupan Firman yang kaya membentuk pikiran kita, memengaruhi sikap dan perilaku kita, memberikan kepekaan, meneguhkan iman, memampukan kita untuk taat, dan meningkatkan kasih kita kepada Allah dan Anak-Nya.
- Menjadikan Firman sebagai terang yang mengarahkan. Dunia bisa menjadi tempat yang sangat gelap, tetapi sebagai orang Kristen, kita harus “hidup sebagai anak-anak Terang” (Efesus 5:8). Itu sebabnya kita memerlukan Alkitab sebagai pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mazmur 119:105). Firman mengajar kita untuk hidup kudus dan benar agar kita tidak jatuh ke dalam dosa dan tipu daya. Mencari nasihat orang lain itu baik – bagaimanapun, gereja adalah tubuh Yesus, dan tubuh memerlukan seluruh bagiannya untuk berfungsi. Namun kita harus selalu menerima nasihat dalam terang kebenaran Alkitab, dan menolak yang jelas bertentangan dengan ajaran Tuhan.
Allah mau Firman-Nya menjadi sumber kegembiraan, dan Dia bersedia menolong Anda memperoleh pengertian jika Anda setia dan rendah hati membacanya. Ini tidak berarti setiap kali Anda membuka Alkitab, Anda akan mengalami pencerahan mendalam. Tetapi, seiring berjalannya waktu, dengan semakin berpautnya Anda pada Firman, Anda akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang siapa Allah dan bagaimana cara hidup yang Dia kehendaki untuk Anda. Dalam banyak hal, Alkitab itu seperti “acquired taste” (icip-icip yang makin lama makin terasa nikmat). Semakin Anda memakannya, semakin manis rasanya Firman Tuhan itu, sampai Anda tak bisa lagi membayangkan hidup tanpa Firman.