Ilusi Tentang Kendali

(Amanda Crosby)

Jika Tuhan berada di pusat hidup Anda, tak ada yang perlu Anda takutkan.

 Janji Yesus yang berbunyi, “Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, maka kamu akan menerimanya” (Yohanes 15:7), sudah sering mendorong saya, sejak masa kanak-kanak, untuk meminta apa saja kepada Tuhan: rumah yang besar, sugar glider (hewan peliharaan kecil berkantung sejenis bajing yang suka meluncur), robot kucing terbang, karier menjadi bintang terkenal seperti Hannah Montana—bahkan kekuatan magis. Saya juga sudah meminta hal-hal yang lebih masuk akal – sahabat terbaik, adik laki-laki, suami. Dan meskipun Tuhan itu Bapa yang murah hati dan pengasih, waktu yang berlalu telah mengajarkan pada saya bahwa tujuan-tujuan-Nya lebih besar dari sekadar memuaskan setiap keinginan duniawi saya.

Ketika Tuhan menjawab doa-doa saya di atas, Dia biasanya berkata, “Tidak” atau “Tunggu.” Dari pengalaman saya, jawaban “Tidak” itu untuk hal-hal yang saya minta untuk kepentingan diri saya sendiri atau tidak termasuk bagian dari rencana-Nya atas hidup saya. Ketika saya merenungkan, mungkin itu sebabnya jawaban “Tidak” lebih mudah dihadapi. Jawaban “Tidak” biasanya sudah pasti. Tetapi waktu menunggu untuk mendapat jawaban “ya” bisa berlangsung bertahun-tahun, dan bisa membuat kita kehilangan harapan atau bahkan meragukan rencana Tuhan.

Dalam salah satu renungan hariannya, Dr. Stanley pernah berkata, “Alkitab berisi banyak kisah-kisah tentang orang-orang yang menunggu sampai bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun, sebelum janji Tuhan digenapi. Yang dapat dipelajari orang percaya masa kini dari kesabaran orang-orang kudus pada zaman Alkitab seperti Abraham, Yusuf, Daud, dan Paulus adalah bahwa menantikan Tuhan itu ada upah kekalnya.” Saya bisa memanfaatkan kutipan ini ketika saya mulai mencari pekerjaan begitu selesai kuliah.

Pandemi virus corona baru saja melanda dunia, menghancurkan kehidupan jutaan orang dan merusak dunia kerja. Dan seperti halnya banyak orang yang sedang mencari pekerjaan, saya merasa tak punya harapan sebagai lulusan baru yang tidak memiliki “gelar master atau yang lebih tinggi” dan “lima tahun pengalaman kerja yang relevan.” Saya mencari-cari selama tujuh bulan tanpa menerima banyak panggilan wawancara. Mencari pekerjaan, sesungguhnya, adalah hal yang menakutkan, dan menunggu sekian lama tanpa mendapat umpan balik yang posifif membuat harapan-harapan saya yang sudah surut semakin sirna.

Pada akhirnya saya mendapat pewahyuan ketika suatu hari saya membaca lagi Yohanes 15:7: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Sebelumnya saya berpikir, Tuhan sedang membuat saya menantikan hal yang saya inginkan dan sangat saya butuhkan, tetapi melalui ayat ini  Yesus sepertinya berkata, bahwa saya pasti akan menerimanya. Namun setelah merenungkan lebih dalam lagi, saya mendapati bahwa yang Dia maksudkan sebenarnya adalah: jika hati kita terbuka pada pimpinan Roh, keinginan kita akan diselaraskan dengan kehendak Tuhan, dan kita pada akhirnya akan menerima yang kita inginkan. Dalam hal ini saya sudah bersandar pada kekuatan saya sendiri untuk mendapat pekerjaan, dan meskipun saya berdoa agar hal itu terjadi, saya tidak berhenti dulu untuk memikirkan apa yang Tuhan kehendaki.

Setelah saya mulai sungguh-sungguh berdoa dan membaca firman-Nya, saya dapat makin percaya pada-Nya. Saya tahu Dia akan memimpin saya ke dalam rencana apa pun yang Dia miliki untuk saya. Bersyukur saya tidak harus menunggu lebih lama lagi untuk melihat Tuhan bertindak. Saya mulai  melihat ada posisi-posisi relevan yang muncul —posisi-posisi yang saya kira saya bisa benar-benar mumpuni, dan beberapa akhirnya tertarik pada saya. Saya tahu perubahan ini berasal dari atas.

Akhirnya, kesempatan kerja yang terasa paling sesuai tiba. Saya masih harus sangat bersabar melalui proses wawancara, dengan kecemasan saya yang sangat tinggi; tetapi pada saat yang sama, Tuhan mengaruniakan pada saya damai sejahtera yang melampaui segala akal sebagaimana yang Dia janjikan. Akhirnya, pada hari Jumat Agung, sebuah surat elektronik yang sudah lama saya nanti-nantikan datang: pekerjaan impian saya menyambut saya. Saya sangat gembira, dan saya tahu setiap hal dari berkat ini adalah dari Tuhan. Dan karena saya telah mengalami betapa Tuhan menolong saya dalam hal sebesar ini, saya terdorong untuk makin memercayai Dia dalam seluruh aspek hidup saya.

Menyerahkan kendali pada Tuhan adalah hal yang tampaknya tidak biasa, dan saya masih terus memerlukan perjuangan untuk melakukannya. Tetapi memercayai Tuhan bukan dalam hal keselamatan saja merupakan salah satu keputusan terbesar dalam hidup saya. Segalanya bukan tentang saya – tetapi tentang Dia. Bukan saya yang menjadi pusat hidup saya, tetapi Dia. Dan hidup bagi Dia sekarang menjadi satu-satunya cara untuk saya benar-benar sukses, untuk mengumpulkan harta di surga dan bukan di bumi, tak peduli betapa menyenangkannya memiliki robot kucing terbang, suami atau rumah besar. Kesabaran dan kepercayaan menjadi tujuan yang jauh lebih berharga, dan semua itu adalah hal-hal yang Tuhan inginkan dari kita – jika kita benar-benar mau melepaskan kendali dan membiarkan Dia memimpin kita melangkah ke depan.