Kemuliaan Yang Tidak Kita Lihat (Daniel Darling)
Berusaha lebih peka melihat karya Allah di sekitar kita
Setiap minggu saya (dulu) bertemu dengan pengedar obat terlarang, pengusaha nakal, dan penjudi. Tetapi Anda tidak akan tahu, karena ketika mereka duduk di bangku gereja di samping saya, mereka tampak sama saja seperti jemaat lainnya.
Kelas menengah. Berbaur bersama. Saleh. Tetapi itulah mereka, tanda kasih karunia, bukti keajaiban dan misteri penebusan. Penampakan dari suatu dunia yang lain, dimana orang berdosa menjadi orang kudus, yang sama sekali bukan karena perbuatan mereka sendiri.
Kemungkinan, ini juga realitas yang Anda hadapi, jika Anda mengunjungi gereja secara teratur. Semua orang tampaknya berkumpul dari berbagai pelosok komunitas Anda pada hari Minggu, berpakaian rapi dan rohani. Namun, sebelum Anda mengenal saudara-saudari ini dan mendengar kisah-kisah mereka, Anda tidak akan tahu betapa banyaknya penebusan yang sudah terjadi di sekitar Anda.
Karena kerajaan Kristus sudah datang namun belum terwujud sepenuhnya, kita hidup dalam ketegangan antara kemenangan yang sudah diperoleh dan yang masih akan datang. Kita harus mengharapkan perubahan dalam hidup ini, namun tidak berharap terlalu banyak. Kita harus percaya pada mukjizat namun tidak menuntut terjadinya mukjizat. Kita berserah pada karya Roh Kudus yang memperbarui hati kita, namun juga perlu memercayai waktu-Nya yang tak bisa diprediksi.
Rasul Yohanes bisa jadi mengetahui perihal misteri ini. Sebagai murid yang masih muda saat itu, ia sudah menyaksikan pelayanan Yesus yang membingungkan: mukjizat demi mukjizat yang kemudian diikuti dengan pengkhianatan, kematian dan kebangkitan. Ia hadir dalam peristiwa salib, kubur kosong dan pada hari Pentakosta. Ia melihat gereja tersebar jauh dan luas pada masa hidupnya, berkembang, mengalami penganiayaan dan membentuk gerakan penginjilan dunia secara besar-besaran.
Namun Yohanes juga melihat bagaimana sebenarnya Kekristenan itu. Gereja abad pertama itu transformasional tetapi juga berantakan, taat namun juga memberontak, jemaat Filadelfia dan jemaat Korintus. Itu sebabnya, dalam salah satu surat terakhirnya, rasul yang saat itu sudah berusia lanjut itu menuliskan lagi sifat penebusan yang sudah terjadi, namun belum sempurna: “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1 Yohanes 3:2).
Kita sekarang adalah anak-anak Allah, tetapi belum jelas bagaimana keadaan kita kelak. Kita masih terus berubah, dan kita belum tahu bagaimana kelak pengudusan kita yang sepenuhnya.
Orang Kristen lama seperti saya sering tersandung dengan kata “belum.” Melayani puluhan tahun bisa menimbulkan sikap skeptis tertentu. Terjebak dalam kesulitan pertumbuhan yang lambat, masalah-masalah yang menjengkelkan, dan orang-orang kudus yang berdosa, kita juga jadi sering menutup mata terhadap perubahan kecil namun luar biasa yang terjadi di bangku gereja. Para mantan pelacur, koruptor, pemfitnah ada di sekitar kita; namun kita tidak dapat melihat semua yang terjadi itu. Kita juga tidak dapat melihat surga dalam kehidupan kita sendiri. Kita memang belum menjadi orang yang sebagaimana mestinya; tetapi kita juga bukan orang yang seperti dulu lagi.
Namun, ada suatu cara untuk mengatasi kebutaan kita ini, yakni: dengan masuk ke dalam kisah kehidupan saudara-saudari kita, menanyakan perjalanan iman mereka, dan memberi kemuliaan kepada Allah yang sampai abad 21 ini masih terus bekerja memanggil dan mengubah orang-orang bagi Diri-Nya.
Kita tahu sekarang bahwa gereja-gereja kita masih jauh dari sempurna. Kita tahu sekarang betapa belenggu-belenggu dosa dan keputusasaan masih melukai kesaksian Injil. Kita tahu frustasinya hidup dalam komunitas orang berdosa. Namun yang kemungkinan bisa kita dapatkan lagi, dengan berusaha secara intensional untuk bercerita dan mendengarkan orang lain, adalah iman yang diperbarui tentang kuasa Allah yang mengubah hidup. Kita akan lebih bisa mengerti pergumulan melawan dosa yang dihadapi sebagian anggota keluarga Kristen kita. Kita akan memiliki data spiritual yang meneguhkan iman kita tentang kuasa Injil yang mengubahkan.
Dan lain kali ketika kita berkecil hati atau bertanya diam-diam apakah seluruh upaya gereja ini ada gunanya – lain kali ketika kita mencari tanda-tanda kemuliaan di dunia yang rusak ini – kita akan dapat menunjuk ke tetangga kita dan berkata, “Allah mampu melakukannya. Allah sedang melakukannya. Allah sudah melakukannya.”
Dan kita juga dapat memandang cermin dan mengetahui bahwa Allah akan melakukan tindakan-tindakan pemulihan-Nya secara bertahap di dalam kita, di relung-relung terdalam dan paling berdosa dari hati yang paling kita kenal – hati kita. Kasih karunia ini memang tidak menghilangkan badai, tetapi ia akan mengingatkan kita pada Dia yang memimpin kita melalui badai. Perjuangan kita menghadapi kematian juga tidak akan menjadi lebih mudah, tetapi jalan kita akan dibuatnya menjadi lebih terang. Kita tidak akan melihat bunga utuh dari pengudusan kita sendiri, tetapi kita bisa menemukan pengharapan di kelopak-kelopak kecil kemuliaan ini.