Krisis Identitas
Sepanjang yang saya ingat, saya banyak bergumul dengan perasaan tidak mampu. Pertama kali ada yang memanggil saya “Pendeta Craig,” saya merasa tidak layak mendapat sebutan itu. Saya merasa tidak cukup tahu, tidak cukup baik, dan pasti tidak cukup pantas sebagai pendeta. Pada tahun-tahun awal, saya begitu cemas saat harus berkhotbah, sampai-sampai saya benar-benar melompat ke keranjang sampah. Konyol memang. Tetapi itulah yang terjadi. Saya benar-benar merasa tidak layak untuk mewakili Tuhan dan menyampaikan Firman-Nya yang kudus.
Sebagai ayah dari enam anak, saya juga bergumul dengan perasaan tidak mampu menjadi ayah yang baik. Pertama kali saya menggendong putri sulung saya, saya ingat jelas betapa saya dikuasai perasan takut dan cemas. Di tangan saya ada makhluk hidup! Yang memperburuk masalah, saya baru saja menyerahkan kembali seekor anak anjing ke pemilik sebelumnya, karena saya tidak mampu menangani hewan nakal itu. Yang paling parah, saya dan istri sudah berencana untuk membabat habis semua tanaman di halaman rumah kami. Bagaimana mungkin kami dapat merawat seorang anak?
Anda juga mungkin bisa bercerita. Anda punya teman yang hidupnya jauh lebih sukses dari Anda. Anda bertanya-tanya, mengapa aku tidak bisa seperti itu? Apa yang salah pada diriku? Atau, Anda berkunjung ke rumah tetangga yang “sempurna”. Rumah yang harum, tertata apik dan benar-benar terasa nyaman. Anda lalu teringat pada suasana berantakan dan gaya dekorasi yang asal-asalan di rumah Anda sendiri. Atau, Anda merasa kurang rohani. Teman Anda bisa menemukan ayat Alkitab untuk apa saja, sementara Anda masih saja berjuang menghafalkan Yohanes 3:16.Berbagai pikiran berkecamuk di kepala Anda: Aku tidak cukup baik. Aku tidak dapat mencapai harapan banyak orang. Aku tidak memiliki yang dibutuhkan. Aku benar-benar tidak dapat melakukan apa pun.
Jika Anda dapat bercerita, inilah waktunya untuk membuat perubahan. Inilah waktunya untuk menyerahkan “diri” yang menurut Anda agar Anda dapat menjadi orang yang menurut Allah. Untuk mengatasi keyakinan palsu “diri” atau ego saya, saya berusaha mengingat tiga kebenaran berikut ini:
- Pandangan Allah tentang diri Anda tidaklah seperti yang Anda pikirkan.
Ketika Gideon sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur, seorang malaikat menampakkan diri padanya dan berkata, "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani" (Hakim-hakim 6:12). Dan seperti saya, Gideon tidak menganggap dirinya sehebat itu. Ia mungkin memandang dirinya seorang pengecut, bukan pahlawan yang gagah berani. Tetapi Allah melihat sesuatu di dalam dirinya yang tidak ia lihat.
Apakah Anda percaya ketika Dia menyebut Anda “buatan tangan-Nya” (Efesus 2:10) atau “ciptaan-Nya yang sempurna”? Allah tahu betul apa yang dilakukan-Nya ketika Dia menciptakan Anda. Meskipun saya tidak merasa cukup baik sebagai pendeta, pandangan Allah tentang saya tidak sama dengan yang saya pikirkan. Pembenaran saya tidak didasarkan pada usaha saya sendiri, tetapi oleh kematian dan kebangkitan Yesus. Diri saya bukanlah seperti yang saya pikirkan. Diri saya adalah seperti yang Tuhan katakan, dan kepercayaan atau ketidakpercayaan saya tentang hal ini akan menentukan bagaimana saya akan hidup, berpikir dan berelasi dengan orang lain.
- Allah sudah memberikan jauh lebih banyak dari yang Anda pikirkan.
Setelah menyebut Gideon sebagai pahlawan yang gagah berani, Allah menyuruhnya "pergilah dengan kekuatanmu” (Hakim-hakim 6:14). Dengan kata lain, Allah sudah memberikan yang ia butuhkan. Inilah kebenaran yang sudah saya pelajari dan alami sendiri.
Selama bertahun-tahun saya merasa sangat tidak “pede”dalam menulis. Ketika saya masih kecil, saya takut sekali pada pelajaran membaca. Karena saya tidak bisa membaca dengan baik, semua orang menyangka menulis juga akan menjadi tantangan. Jadi ibu saya akan memeriksa setiap tulisan saya. Menurut pikiran saya, saya selalu berada di bawah rata-rata. Bertahun-tahun kemudian, sebuah penerbit meminta saya untuk menulis buku. Karena saya percaya saya tidak dapat menulis dengan baik, saya langsung menolak dengan sopan. Tetapi penerbit itu mendesak dengan mengatakan saya punya pesan yang berharga untuk dibagikan, dan menawarkan saya untuk didampingi seorang pelatih. Karena panik, saya akhirnya bersedia membuat satu tulisan.
Meskipun sudah berkali-kali mencoba membuat tulisan awal, saya masih saja tidak dapat menyelesaikan alinea pendahuluan. Akhirnya pelatih saya menyarankan agar saya menulis saja secepat yang saya bisa tanpa berhenti untuk menyunting. Ia memberi saya waktu dua jam untuk membiarkan kata-kata itu mengalir. Yang membuat saya heran, setelah batas waktu itu habis, saya sudah menulis lebih dari 16 halaman. Saya tidak pernah lupa bagaimana perasaan saya ketika saya menyadari bahwa Allah sudah memberi saya lebih dari yang saya pikirkan.
II Petrus 1:3 berkata, “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh.” Saya memiliki segala yang saya butuhkan untuk melakukan apa saja yang Allah mau saya lakukan. Hal yang sama berlaku untuk Anda. Dia telah memperlengkapi setiap kita untuk melakukan panggilan-Nya yang khas untuk kita – dan kita perlu mengenali dan menghargai karunia-karunia unik yang sudah diberikan-Nya pada kita,dan bukan berfokus pada kelemahan-kelemahan yang kita rasakan sendiri.
- Diri Anda tidaklah seburuk yang Anda pikirkan.
Allah membuat Gideon tahu bahwa ia adalah seorang pahlawan yang gagah berani dan mendorongnya untuk pergi dengan kekuatan yang sudah Tuhan berikan, meski ia sendiri tidak merasa kuat. Allah kemudian mengingatkan Gideon, "Akulah yang menyertai engkau” (Hakim-hakim 6:16). Ketika Allah memanggil Anda untuk melakukan sesuatu, ingatlah lebih banyak pada penyertaan Tuhan daripada kekuatan Anda.
Allah telah mengajarkan kebenaran ini dalam semua aspek kehidupan saya. Ingat bagaimana saya dulu gugup sebelum berbicara? Kini sudah tidak lagi. Sebelum saya berdiri untuk menyampaikan Firman Tuhan, saya akan melakukan sesuatu untuk mengingatlan saya bahwa semua itu adalah tentang Dia, bukan tentang saya – saya akan maju satu langkah ke depan. Tindakan ini melambangkan satu perubahan besar. Sementara saya melangkah maju,saya akan mengingat bahwa saya sedang meninggalkan diri saya di belakang. Dan dengan iman saya akan melangkah masuk ke dalam kekuatan Tuhan, kuasa Tuhan, panggilan Tuhan. Dan Dia menyertai saya. Jika Anda merasa tidak mampu dalam suatu aspek kehidupan, saya dorong Anda untuk keluar dari pandangan Anda sendiri tentang diri Anda. Jauhilah juga pandangan orang lain dan melangkahlah ke dalam pandangan Tuhan tentang diri Anda. Anda adalah buatan tangan-Nya, karya agung-Nya. Anda adalah ciptaan-Nya yang sempurna.
Jika Anda adalah milik-Nya, Anda dipenuhi dengan Roh yang sama yang telah membangkitkan Kristus dari kematian. Anda memiliki segala yang Anda butuhkan untuk melakukan apa pun yang Allah rancangkan.
Jadi, ya – dengan kekuatan kita sendiri, kita memang tidak mampu. Tetapi syukur kepada Allah, dalam kelemahan kita, kuasa-Nya justru menjadi sempurna.
-Craig Groeschel