Lebih Karib Dari Saudara
Apa artinya menjadi “yang dikasihi” Tuhan
Jika nenek Anda adalah seorang pianis di gereja, Anda akan menghabiskan banyak waktu di bangku barisan depan, menunggu sampai ia selesai bercakap-cakapseusai ibadah Minggu. Tak hanya sekali dua kali saya mendengar orang mengucap terimakasih pada “Sister Sybil” atas kesediaannya bermain piano dan pada “Brother Boyce,” suaminya, atas pelayanannya sebagai diaken. Istilah-istilah ini selalu terdengar aneh di telinga saya yang saat itu masih kecil, bahkan sangat menggetarkan. Bagaimanapun, saya tahu apa itubrother (saudara laki-laki). Saya punya satu yang menjengkelkan di rumah, yang selalu mengikuti setiap langkah saya dan – meskipun sudah sering didesak dengansangat – tidak mau menontonSesame Street.
Istilah “brother” (saudara) dan “sister” (saudari) dalam konteks religius tak pernah terasa familiar bagi saya, tetapi ketika pertama kali seorang pendeta menyebut jemaat sebagai “beloved“ (yang kekasih/dikasihi),hal itu sama sekali berbeda. Kata itu sudah beresonansi di hati kecil saya yang saat itu baru berusia 7 tahun, dan membuat saya merasa hangat dan nyaman, seperti menikmati semangkuk sup di malam yang dingin. Saya pulang dari gereja sore itu dengan hati yang masih menikmati perasaan itu, dan berusaha menyimpannya selama mungkin.
Sekarang, setelah saya dewasa dan sudah mempelajari dengan baik fakta-fakta dan keenehan-keanehan bahasa Inggris, saya kira saya tahu mengapa katayang kekasihitu sedemikian menyentuh hati saya. Kata-kata memiliki makna denotasi dan konotasi. Denotasi adalah definisi formal, makna yang Anda temukan ketika Anda mencari istilah itu di kamus. Konotasi agak lebih samar-samar (dan akibatnya jadi lebih menyenangkan). Konotasi sebuah kata merujuk pada asosiasi-asosiasi atau emosi-emosi yang berkaitan dengan kata itu.
Pikirkanlah seperti ini. Kata hematdanpelitsama-sama menggambarkan sikap seseorang dalam hal keuangan, tetapi dengan kata yang mana Anda lebih suka disebut? Yang pertama tentunya. Kata itu menimbulkan gambaran tentang seorang yang berhati-hati dan ekonomis. Yang kedua tidak begitu baik, menggambarkan kekikiran, keengganan untuk berbagi atau mengeluarkan uang, mirip seperti Ebenezer Scrooge sebelum ia mengalami perubahan ketika dikunjungi tiga malaikat pada malam Natal.
Pada kata beloved (yang kekasih/dikasihi), konotasinya sangat positif. Orang yang mendapatkan status itu dihargai dan diinginkan, bahkan mungkin dihormati oleh sekelompok orang atau individu. Kata“yang kekasih”lebih berbicara tentang hubungan mendalam yang intens dan tetap daripada gairah cinta orang muda yang menggebu-gebu atau angan-angan jangka pendek. Kata itu diperuntukkan bagi orang yang sungguh-sungguh dikenal dan melekat di hati orang yang mengasihinya itu.
Apalah arti sebuah Nama?
Pikirkanlah berbagai istilah yang digunakan dalam Alkitab untuk orang percaya. Secara bersama-sama, kita ini disebut gereja/jemaat (Efesus 5:29), saudara-saudara (Filipi 4:8), anak-anak Tuhan (1 Yohanes 3:1), yang mendapat bagian (Ibrani 3:11), danpengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Wahyu 21:9). Tetapi istilah paling umum bagi pengikut Yesus adalahorang-orang kudus. Kata ini digunakan sekitar 60 kalidi Perjanjian Baru (Lihat misalnya di Kisah Para Rasul 9:32, 1 Korintus 1:2, dan Efesus 4:12). Semua nama ini indah dan unik – mengandung makna teologis dan juga emosional – tetapi ada unsur tambahan lain yang membuat kata yang dikasihi (beloved)berbeda.
Ajektif yang diterjemahkan sebagai “yang kekasih” ini—kata Yunaninyaagapétos—berasal dari kataagapéyang berarti “dikasihi secara ilahi” atau “dikasihi Tuhan.” Kata ini memiliki dua aplikasi yang berbeda. Yang satu adalah sebutan untuk Mesias, Anak yang dikasihi Bapa melebihi semua yang lainnya (Matius 17:5). Dan yang satunya lagi sebutan untuk orang Kristen, orang-orang yang dikasihi Kristus dan satu sama lain. Itu sebabnya Paulus, Yohanes, Yakobus, Yudas dan terutama Petrus (yang memakai kata inilima kalidalam 2 Peter 3 saja) menerapkan kata itu secara bebas pada orang-orang yang menjadi penerima surat-surat mereka. Tak ada kata-kata salam yang umum, hampa atau basa-basi di antara orang-orang percaya – “orang-orang yang terpanggil, yang dikasihi dalam Bapa Yahweh, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus” (Yudas 1:1).
Tetapi apa yang membuat kata “yang kekasih”lebih dari sekadar istilah yang menunjukkan rasa sayang? Proses kita mendapatkannya. Menurut James Montgomery Boice, Tuhan jarang disebut “Bapa” di dalam Perjanjian Lama, dan kalaupun ada, Dia disebut sebagai Bapa orang Israel, bukan individu-individu. Konsep ini asing bagi orang Yahudi, dan itu sebabnya panggilan Bapa yang terus-menerus dialamatkan Yesus kepada Bapa-Nya sangat membingungkan dan menantang mereka. Perkataan Yesus yang menyatakan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30) dianggap menghujat Yang Maha Tinggi.
Martin Luther menulis bahwa orang Kristen itusimul iustus et peccator, perkataandalam bahasa Latin yang berarti “benar dan sekaligus juga berdosa.” Sepintas perkataan ini tampaknya bertentangan, tetapi pertentangannya benar. Di dalam diri kita sendiri, kita adalah orang berdosa, tetapi karena Yesus Kristus dan pertukaran besar yang dilakukan-Nya untuk kita di kayu salib (2 Korintus 5:21), kita menerima pembenaran-Nya dan Dia menerima hukuman kita. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, orang percaya dipersatukan dengan Kristus dan diperdamaikan dengan Bapa. Itu sebabnya Yesus berkata, “Karena Aku hidup, kamupun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yohanes 14:19-20).
Tim Keller menjelaskannya dengan ringkas sebagai berikut: “Injil adalah ini: Diri kita sendiri lebih berdosa dan bercacat dari yang berani kita percayai, namun pada saat yang sama kita ini lebih dikasihi dan diterima dalam Yesus Kristusdari yang pernah berani kita harapkan.” Oleh karena Yesus—Yang Kekasih yang pertama dan terutama itu—kata yang dikasihi itu diimpartasikan kepada kita. Oleh karena kita berada “di dalam Yesus,” kita dapat memanggil Bapa-Nya sebagai “Bapa kita” seperti yang diajarkan dalam Doa Bapa Kami (Matius 6:9). Oleh karena Yesus, kita juga dapat menggunakan kata itu untuk menyebut sesama anggota Tubuh Kristus.
Yang kekasih/dikasihi bukanlah istilah elit yang hanya diperuntukan bagi orang-orang pilihan yang memiliki pengetahuan lebih atau kerohanian tinggi. Tetapi, kata itu menunjukkan tentang keintiman luar biasa yang kita semua dipanggil untuk mengalaminya, tanpa memandang golongan, jenis kelamin, ras atau kebangsaan. Mengetahui hal ini seharusnya memengaruhi – mengubah konotasi – setiap pikiran, tindakan dan perkataan kita. Kata itu juga seharusnya memberi kita damai sejahtera, karena kita mengerjakan keselamatan kita di atas dasar yang sangat kokoh: mengetahui bahwa kita sangat dan sungguh dikasihi karena Seseorang yang “lebih karib dari saudara” (Amsal 18:24). Seseorang yang sudah mati untuk membuat kita menjadi keluarga. (Jamie A. Hughes)