Menciptakan Masa Depan Bersama Tuhan
Tuhan (C. Lawrence)
Hari esok yang lebih memuaskan tiba ketika kita berkolaborasi dengan Tuhan.
Kita semua memiliki pertanyaan-pertanyaan dan harapan-harapan tentang masa depan, tetapi jika kita tidak hati-hati, semua ini bisa menjadi hal-hal yang melemahkan. Sebagai contoh, saya sering mendengar orang merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi pada perekonomian lima atau sepuluh tahun ke depan dan apakah investasi mereka akan berhasil. Saya juga mengenal para mahasiswa baru dan mahasiswa tingkat dua yang merasa khawatir tidak akan mendapat pekerjaan ketika mereka lulus… Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan atau kehidupan kita nanti. Itu sebabnya Yakobus 4:13-15 menasihati, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung,’ sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu’.”… Anda dan saya mungkin tidak tahu apa yang terbentang di masa depan, tetapi Bapa surgawi yang pengasih mengetahui semuanya. Dan tidak ada yang dapat memimpin kita lebih lembut, lebih bijak, lebih efektif tentang hari esok selain Dia.
Istri saya suka bercanda bahwa ia tak henti-hentinya bicara di tahun pertama pernikahan kami. Ia menceritakan pada saya setiap kenangan, setiap kisah, yang bisa ia ingat dari kehidupannya sejak ia lahir. Saya, sebaliknya, tidak punya banyak hal untuk diceritakan: Saya tidak pernah menjadi orang yang tinggal dalam kenangan, dan akibatnya, banyak yang hilang begitu saja dalam kabut waktu yang berlalu. Yang paling baik bisa saya katakan adalah, masa lalu tidak terlalu memengaruhi kehidupan sadar saya; masa depanlah yang memenuhi visi saya.
Saya adalah tipe orang yang dikatakan pemazmur ‘jangan menjadi seperti itu’: tak bisa diam, sering lupa bahwa Dialah Tuhan (Mazmur 46:11), terlalu sering lebih memikirkan kemajuan kerajaan kecil di bumi, setidaknya kerajaan kecil saya sendiri—kerajaan diawang-awang, yang masih berada jauh sekali dari tempat saya berada. Sebuah istana jelek yang saya tahu tidak lebih dari fatamorgana. Masalahnya adalah: Saya tahu bahwa saat ini adalah saat semua yang benar-benar ada dan nyata, masa lalu sudah berlalu, dan masa depan belum datang. Tetapi godaannya sangat kuat: Kita memang makhluk yang terbatas, tetapi kita sebenarnya memiliki kekuatan untuk menentukan hari esok kita. Prospeknya menggembirakan sekaligus menakutkan: Memang benar, Tuhan memberi kita kebebasan untuk membentuk masa depan. Ini adalah sebab-akibat yang relatif sederhana, sungguh: Jika saya melakukan X hari ini, maka esok (bahkan esok berbulan-bulan atau bertahun-tahun dari sekarang) Y menjadi lebih mungkin. Dan jika saya memberikan lebih banyak waktu dan tenaga untuk sebuah kemungkinan, maka kemungkinan-kemungkinan pada akhirnya akan meningkat. Tentu saja, ada banyak sekali yang hanya dapat saya lihat dan ketahui—tetapi dengan sejumlah kegigihan (atau sikap keras kepala) yang tepat, saya mungkin bisa sampai tepat di tempat yang saya bayangkan dan bahkan inginkan. Biasanya, itu tidak berarti bahwa semua itu benar-benar baik untuk saya.
Sejauh yang bisa saya katakan, kita memiliki dua pilihan untuk melangkah: Kita dapat menciptakan hari esok menurut keinginan dan ketakutan kita sendiri, tanpa jaminan bahwa semua itu akan terjadi atau dapat berlangsung. Atau, kita dapat berpartisipasi dalam proses pembentukan kita sendiri, dengan berkolaborasi bersama Kristus saat Dia menciptakan masa depan kita hari demi hari—masa depan yang terus berlangsung dan memuaskan yang melampaui segala imajinasi terliar kita. Kita dapat memilih untuk tetap berada dalam kesempitan kapasitas kita yang terbatas, atau kita dapat bertumbuh dalam kebebasan yang diberikan Tuhan, mengasahnya dengan cara seorang seniman yang menyadari talentanya dengan menguasai bahan maupun teknik untuk membuat satu lukisan setiap waktu. Cara mengatakan yang lebih blak-blakan adalah, kita bisa menciptakan hari esok dengan gambar diri kita sendiri yang akan binasa, atau kita bisa menciptakan-bersama masa depan yang akan berlangsung selamanya. Kita melakukan yang terakhir dengan mengizinkan Tuhan memimpin dan mengajari kita tentang bagaimana menggenapi tujuan-tujuan-Nya dalam hidup kita.
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan,” kata 1 Yohanes 4:18, “tetapi kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” Apa pun yang terjadi, apa pun yang saya pilih, bersama Tuhan tidak ada yang sia-sia. Di dalam misteri kasih karunia-Nya, salah langkah pun bisa menjadi bagian yang penting dalam transformasi kita menjadi makin serupa Kristus.
“Jangan takut,” kata Yesus kepada para murid-Nya yang sedang dilanda badai dan angin ribut (Matius 14:22-36). Dan perkataan ini juga bergaung keras di hati saya sendiri. Jika kita memandang melampaui ketakutan dan pergulatan batin kita sendiri, kita akan melihat Dia berdiri di tengah badai dan gelombang. Kita akan mendengar suara-Nya memanggil kita, untuk melangkah keluar dari perahu, dan melampaui segala kemungkinan: berjalan di atas air.