Mengalami Kepenuhan Tuhan

(Jamie A. Hughes)

Apa yang menghalangi Anda mengalami hidup berkelimpahan dalam Kristus?

Di Kisah Para Rasul 12:5, Lukas memakai kata ektenós, kata Yunani yang berarti “terentang sepenuhnya dengan tepat,” “terulur sampai potensi sepenuh yang diperlukan,” atau “dikencangkan sepenuhnya.” Kata itu hanya digunakan satu kali di bagian lain Alkitab, yaitu di 1 Petrus 1:22, dan menariknya ektenés—bentuk kata sifatnya (yang hanya digunakan di 1 Petrus 4:8)—merupakan akar kata yang sama dengan kata bahasa Inggris  “tension” dan “tense” (yang berarti tegangan/tekanan atau ketegangan). Bayangkan sebuah balon air sepersekian detik sebelum pecah. Seperti itulah ketegangan yang tersirat dalam kata-kata Yunani itu. Namun apa pun bentuk atau tujuan tatabahasanya, semuanya menunjukkan konsep yang sama: gagasan tentang penyelesaian.

Gagasan tentang “dipenuhi” masuk akal, mengingat dalam Kitab Suci kita digambarkan sebagai “bejana tanah liat” (2 Korintus 4:7; Yeremia 18:1-6) dan “bait Roh Kudus” (1 Korintus 6: 19). Bagaimanapun, hal-hal ini sama-sama dimaksudkan untuk ditempati oleh sesuatu yang lain. Demikian juga, di banyak ayat Perjanjian Baru lainnya, orang percaya dikatakan sebagai “penuh dengan Roh Kudus” (Lukas 1:67; Kisah Para Rasul 2:4, 4:8, 4:31, 13:9). Seperti bejana tanah liat atau bait suci, kita sedang menantikan sesuatu yang lain yang melebihi diri kita, suatu kekuatan tak terbantahkan yang hanya dapat dilakukan oleh Roh Tuhan. Dan itu tidak dikhususkan hanya untuk berdoa saja.

Roma 15:13-15 menyebutkan tentang penuh/kepenuhan di beberapa bagiannya: Tuhan akan “memenuhi [kita] dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh kekuatan Roh Kudus [kita]  berlimpah-limpah dalam harapan.” Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa orang percaya “penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan,” dan mengajak kita untuk merenungkan bahwa kelimpahan yang tak ada habisnya itu sudah diberikan pada kita secara cuma-cuma dan tidak terbatas untuk menjadi milik kita dan dinikmati setiap saat.

Di dalam tulisannya yang berjudul “The Hollow Men,” penyair T. S. Eliot menggambarkan dunia yang sunyi dan putus asa yang terhuyung-huyung setelah perang dunia pertama. Ia mengawalinya dengan perkataan: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekosongan / Kita adalah orang-orang yang (perlu) diisi / Bersandar bersama / Dengan topi berisi jerami. ” Di dunia yang penuh kesedihan dan kehilangan ini, mudah sekali untuk orang merasa putus asa dan benar-benar kosong. Tetapi orang-orang yang mengenal Kristus dan dikenal oleh-Nya mengalami hal yang sebaliknya. Karena ketika kita berada di dalam Dia, kita mendapat kepenuhan sepenuhnya dan mulai mengalami yang hanya mungkin dialami  dalam kuasa Roh Kudus.