Pujian Yang Tulus
Saya senang bekerja denganmu, Dan.” Itu hanyalah SMS sederhana dari seorang rekan sekerja, namun mengangkat semangat saya di sepanjang minggu pekerjaan yang penuh tekanan dari proyek yang kami kerjakan bersama.
Saat saya memikirkan komentarnya yang baik ini, hal ini mengingatkan saya akan kebenaran sederhana yang saya pelajari selama bertahun-tahun dalam kepemimpinan saya: Afirmasi atau penegasan mungkin merupakan kurs yang paling berharga dalam membangun suatu hubungan. Saya pernah melayani di dalam tim pelayanan yang besar, saya pernah memimpin staf gereja kecil, dan sekarang saya melayani dalam suatu peran eksekutif. Saya juga merupakan seorang suami dan ayah dari empat anak. Di dalam semua konteks ini, apapun lingkungannya, saya mendapati bahwa tidak ada yang lebih penting daripada kata-kata penguatan yang konsisten.
Orang-orang terdekat kita perlu mendengarkan kata-kata penegasan dari kita. Mereka perlu mendengarnya secara rutin, konsisten dan tulus. Bukan kata-kata sanjungan yang hampa, seperti yang kita ketik di Facebook saat seseorang berulang tahun (“suami terbaik di seluruh dunia”), namun pujian yang tulus dari hati atas karunia unik dan kontribusi orang-orang terdekat kita.
Yang menarik adalah betapa jarangnya kita memikirkan tentang kata-kata penguatan. Memang ini adalah hal yang baik untuk diberikan kepada orang lain, namun tidak benar-benar penting. Namun di dalam Alkitab, kita menemukan tidak hanya hikmat yang mengungkapkan kegunaan kata-kata yang baik (Amsal 25:11), namun juga perintah untuk saling menguatkan, khususnya di antara para pengikut Kristus.
Anak-anak Tuhan seharusnya menjadi orang-orang yang “saling membangun” (I Tesalonika 5:11). Para pendeta dan pemimpin gereja diberi tugas pelayanan untuk menguatkan jemaatnya (II Timotius 4:2). Dan ini bukanlah sekedar pujian kosong setahun sekali pada acara pesta kantor. Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa kata-kata penguatan harus menjadi bagian sehari-hari dari kesaksian Kristiani (Ibrani 3:13).
Saya memikirkan tentang Paulus, yang memulai sebagian besar suratnya dengan kata-kata pujian tentang para pembacanya. Bahkan suratnya yang keras kepada jemaat Korintus dimulai dengan suatu ekspresi kasih dan penghargaannya yang mendalam kepada mereka. Yesus, yang dikenal suka menegur murid-Nya dengan keras, tetap menguatkan hati Petrus akan transformasi spiritual di masa depan – masa depan dimana hanya Yesus yang dapat melihatnya (Lukas 22:32).
Kata-kata penguatan sejati bukanlah kata-kata kosong. Bukanlah pujian berlebihan. Ia adalah penegasan yang benar dan jujur akan karunia dan talenta yang Anda lihat nyata dalam kehidupan orang lain. Ia adalah pengakuan tentang mereka sebagai orang yang diciptakan serupa dengan gambar Allah dan diubahkan oleh Injil. Ia menyadari keindahan seseorang, sekalipun diantara hal yang tidak indah.
Jadi, mengapa kita tidak lebih banyak memuji orang lain? Bisa saja karena kecenderungan kita untuk melihat hanya pada diri kita sendiri dan hanya memikirkan tentang kebutuhan emosi kita semata. Atau mungkin juga karena kita berpikir bahwa kita telah cukup memuji orang lain melalui perilaku kita. Seorang atasan mungkin berpikir bahwa memberikan paket gaji yang besar dan manfaat kesehatan serta hari libur sudah cukup untuk membuat pegawainya senang. Seorang suami mungkin berpikir bahwa karena ia bekerja lembur dan menyediakan gaji yang layak, ia tidak perlu terus-menerus memuji istri dan anak-anaknya. Seorang pendeta mungkin berpikir bahwa karena ia telah menyampaikan khotbah yang bagus dan setia dalam pelayanannya, pujian yang baik kepada para stafnya tidak lagi diperlukan. Lagipula, bukankah orang Kristen seharusnya lebih memikirkan tentang kemuliaan Tuhan dibandingkan kemuliaan mereka sendiri?
Semua ini memang benar. Mereka yang bekerja di sekitar kita seharusnya bersyukur kepada Tuhan atas berkat-berkat yang mereka terima. Namun bila Tuhan menciptakan kita untuk menjalin hubungan dan bila hati manusia begitu lembut dan membutuhkan kata-kata penegasan, bagaimana kita dapat menahan dari mereka yang ada di sekitar kita apa yang mereka benar-benar perlukan? Saya memperhatikan bahwa orang akan menjunjung lingkungan yang saling menegaskan/menguatkan melebihi ganjaran yang lebih nyata seperti gaji yang lebih besar, waktu libur atau keuntungan perusahaan. Saya memperhatikan bahwa anak-anak saya lebih menginginkan waktu saya dan persetujuan saya dibandingkan kado yang terbungkus rapi yang saya taruh di bawah pohon natal setiap tahunnya.
Kata-kata penguatan sangat vital. Ia adalah pelumas hubungan manusia. Beberapa orang melakukan hal ini lebih baik daripada yang lain, namun kita semua seharusnya mencari pertolongan Roh Kudus untuk dapat menjadi mercusuar penegasan bagi mereka yang ada di sekitar kita. Ia dimulai, bukan dengan pujian berlebihan, melainkan dengan sedikit kata yang diucapkan tepat pada waktunya, sebagaimana Salomo menulisnya (Amsal 25:11). Bukan setahun sekali, melainkan secara rutin, setiap hari.
Anda akan terkejut melihat reaksi yang Anda dapatkan dari mereka yang ada di sekitar Anda: langkah gembira mereka, senyuman, dan motivasi lebih untuk menuju kepada kesempurnaan. Anda juga akan melihat bagaimana hal ini akan menolong Anda mengalihkan perhatian Anda dari masalah Anda sendiri kepada kebutuhan orang lain.
– Daniel Darling