Saksi yang Abadi
Oleh Jessica Haberkern
Saat Ashley Jones dan suaminya kedatangan teman-teman mereka, mereka mengeluarkan album foto keluarga mereka. Jones adalah seorang ibu, namun kebanyakan orang yang ia temui tidak akan menyangkanya. Anak perempuannya Skylar didiagnosa menderita atrofi otot tulang belakang dan meninggal tidak lama sebelum ulang tahunnya yang kedua. Hal itu terjadi 6 tahun yang lalu, dan sekarang koleksi fotonya membuat Jones dapat memperkenalkan anak gadis kecilnya kepada orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenalnya.
“Hadiah yang diberikan oleh suatu foto dan keajaiban di dalamnya adalah bahwa kita dapat membekukan waktu,” kata Jones. Setelah anak perempuannya meninggal, menjadi lebih sulit baginya untuk mengingat bagaimana rasanya rambut Skylar menepis wajahnya atau sensasi memegang tangan kecilnya. “Gambar menolong saya untuk mengingat kembali. Gambar itu seumpama hard drive eksternal otak Anda. Informasinya ada disana, namun perlu dikeluarkan. Foto-foto itu adalah suatu cara nyata untuk mempertahankan kenangan sehingga saya tidak melupakannya.”
Jones ingin menolong keluarga lainnya menangkap momen kehidupan mereka dan melestarikannya, sehingga ia mulai menawarkan sesi foto gratis kepada siapapun yang didiagnosa menderita penyakit mematikan. Organisasi non-profitnya, Love Not Lost, menghubungkan banyak fotografer kepada keluarga-keluarga dan menghadiahi orang yang didiagnosa tersebut dengan sebuah foto album. “Kita ingin mereka tahu bahwa mereka penting, dikasihi, dikenal, dan dipahami. Kita berharap buku ini nantinya akan diberikan kepada orang-orang terkasih mereka,” kata Jones.
Ia juga berharap bahwa Love Not Lost akan menginspirasi cara-cara baru dan lebih baik untuk berduka. “Berduka bukanlah sesuatu yang kita lakukan dengan baik, dan saya ingin mengubahnya,” katanya. “Apa yang menjadi duka itu lebih baik bagi saya adalah ketika orang lain mau duduk dengan saya dan mengatakan bahwa mereka turut bersedih. Saya rasa kita begitu takut melakukan atau mengatakan hal yang salah, namun yang sesungguhnya kita perlu lakukan adalah hadir dan mengasihi mereka.”
Itulah mengapa ia muncul dengan kamera di tangannya dan, tidak hanya menjadikan rasa kehilangannya bermakna, namun ia juga memberikan penghiburan. “Sebagai seseorang yang telah mengalaminya, saya dapat dengan jujur mengatakan kepada orang lain, ‘Semuanya akan baik-baik saja. Kamu akan bertahan melewatinya’”, katanya. “Ini adalah suatu cara untuk memberikan sedikit penghiburan di tengah-tengah tempat yang sangat kelam.”
Dan ketika sampai pada hal itu, itulah persisnya yang Allah lakukan terhadap setiap anak-Nya, dan akan terus melakukannya, sampai karya-Nya di dalam kita selesai – bukan di atas meja kerja, melainkan di dalam ruang hati kita sendiri. Itulah keindahan memiliki hubungan dengan Dia: Kita dapat kembali kepada Tuhan lagi dan lagi untuk menerima perawatan dan perbaikan-Nya yang sangat baik, dan Ia tidak akan pernah mengusir kita.