Silakan Duduk
(Heather Holleman)
Tempat duduk kita di meja Tuhan sudah disiapkan dan menanti kita, jadi mengapa kita memilih untuk berdiri saja di pojok?
Saya sudah menghabiskan seluruh hidup saya untuk berusaha menjadi orang istimewa. Suatu hari kelak, pikir saya, saya mungkin akan menerima undangan eksklusif untuk duduk bersama orang-orang penting, berkuasa, cantik, kaya atau berprestasi tinggi. Saya mengkhayalkan tentang meja-meja eksklusif itu dan hari ketika kehidupan baru saya akan dimulai. Kehidupan yang terkenal dan glamor, yang membuat saya benar-benar spesial. Saya melelahkan diri sendiri dan bergumul dengan perasaan-perasaan iri, kesepian, tidak aman, depresi dan kecemasan. Meskipun saya sudah menjadi orang Kristen yang melayani selama 15 tahun dan mendapat pelatihan teologi dan pelayanan, ada sesuatu yang hilang dalam pemahaman saya tentang Yesus, dan itu membuat saya lebih berfokus pada diri sendiri daripada Dia. Ya, saya mengenal Yesus, tetapi hati saya masih merindukan sesuatu yang tidak bisa saya ungkapkan.
Pada suatu hari yang panas di bulan Juli, ketika saya sedang duduk membaca Alkitab di luar rumah, undangan itu datang. Saya sedang membaca Efesus 2:6 – ayat yang sudah saya baca ribuan kali sebelumnya dan dapat saya ucapkan luar kepala. Namun kali ini, perkataan itu benar-benar mengubah hidup saya seluruhnya. Saya membaca, “Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.” Saya berhenti sejenak dan menutup mata.
Saya membayangkan diri saya berada di surga bersama Yesus. Saya bahkan membayangkan diri saya memakai gaun berkilauan, seperti Guinevere, mempelai Raja Arthur dalam cerita-cerita legendaris. Saya membayangkan meja dari kayu ek yang mewah dan kursi-kursi yang dilapisi beludru. Saya melihat gelas-gelas kristal dan segala macam hiasan untuk pesta besar. Ketika saya merenungkan tentang Yesus dan membayangkan kami ada di sana bersama-sama, saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami sebelumnya: Saya sudah mendapat tempat di meja yang saya dambakan. Perasaan dimiliki, aman dan kasih memenuhi saya. Saya tahu saya bisa berhenti berjuang untuk sebuah kursi – bahwa saya dapat berhenti menantikan dimulainya kehidupan glamor saya. Hal itu sudah terjadi.
Sudah Diberikan
Ketika saya merenungkan lebih dalam kata sederhana itu — diberi tempat (seated) — saya terkejut karena kata itu ditulis dalam bentuk waktu lampau (past tense). Diberi tempat bersama Kristus sudah terjadi pada kita; hal itu sudah terjadi pada saat ini. Paulus entah bagaimana mengalami kebenaran rohani ini, meski ia secara realitas fisik mungkin merupakan orang yang berada paling jauh dari meja kerajaan yang mewah dan nyaman itu. Rasul itu saat itu sedang berada di salah satu tempat terburuk yang dapat dibayangkan: penjara Romawi yang menjijikkan dan memalukan. Namun dari tempat itulah ia menulis Kolose 3:1, “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.”
Tiba-tiba saja, di mana saya berada dan apa yang sedang saya lakukan menjadi tidak penting lagi. Saya bisa saja mengendarai mobil tua saya di lingkungan yang sederhana dan merasa puas. Saya bisa mendengar berita-berita tentang kesuksesan orang lain dan bersukacita bersama mereka karena kami semua sudah sama-sama berada di meja kerajaan. Sesungguhnya, di beberapa ayat lain, di Efesus 2:10, Paulus menulis, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Ini berarti saya dapat berhenti berjuang dan membandingkan prestasi-prestasi saya dengan orang lain. Allah memiliki hal-hal yang spesifik untuk saya yang tidak sama dengan orang lain. Jadi saya akhirnya dapat mengangkat pandangan saya dari diri saya sendiri—membuang segala rasa iri dan suka membanding-bandingkan – dan menyembah Juru Selamat yang menakjubkan ini, yang telah memberikan tempat untuk saya.
Sudah Selesai
Penting sekali yang dikatakan bahwa Kristus sudah duduk dan kita ada bersama dengan Dia. Di dalam Ibrani 10:11-14, penulis berkata bahwa para imam besar selalu berdiri untuk mempersembahkan kurban yang berulang-ulang, yang sama sekali “tidak dapat menghapuskan dosa.” Sebelum Yesus — Imam Besar kita — mempersembahkan kurban terakhir karena dosa, para imam terus melakukan tugas mereka hari demi hari, karena tindakan penebusan ini tidak pernah selesai. Tetapi di ayat 12 kita membaca, “Tetapi, setelah mempersembahkan hanya satu kurban saja karena dosa, Kristus duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah.” Tidak seperti para imam itu, Kristus duduk sekali dan untuk selama-lamanya. Ketika Paulus menulis bahwa Allah sudah membangkitkan kita bersama dengan Kristus dan memberi kita tempat untuk duduk bersama dengan Dia, itu berarti kita berada di tempat kebenaran dan keselamatan Allah, yang dijamin untuk kita oleh Kristus sendiri.
Sementara bulan berganti tahun, saya terus memandang ke tempat duduk saya bersama Yesus, dan membiarkan Roh Kudus mengubah dan memperbarui pikiran saya untuk melihat diri saya yang sebenarnya – identitas saya yang sesungguhnya – sebagai anak Allah yang duduk (mendapat tempat) bersama Allah. Saya menemukan kemerdekaan dan kepuasan yang membuat teman-teman dan tetangga-tetangga saya berkata, “Apa yang sudah terjadi padamu, Heather? Kamu sangat berbeda!” Yang berbeda itu adalah, saya sudah duduk (mendapat tempat), dan tak peduli di mana pun saya berada dan apa pun yang saya lakukan, saya memiliki akses penuh kepada kasih, kuasa, damai sejahtera, pengharapan dan pemeliharaan Allah. Saya sudah mendapat tempat di meja itu, dan alih-alih berjuang untuk menjadi istimewa, saya kini terpikat kepada Yesus dan menikmati kehidupan yang sudah Dia rancangkan untuk saya. Tidak glamor, tetapi glorious (mulia).
Allah sering mengingatkan saya pada kebenaran ini, kadang di tempat yang paling tidak terpikirkan. Di Planetarium Hayden di New York City, seorang pemandu wisata berkata kepada para pelancong, “Semua tempat duduk memberikan pemandangan yang sama tentang alam semesta.” Sebelum setiap pertunjukan dimulai, ketika para pengunjung berebutan untuk duduk di baris depan, mereka diingatkan bahwa semua tempat duduk memiliki akses ke presentasi itu. Tak peduli di mana pun mereka duduk, mereka tidak akan kehilangan apa pun. Sebuah nasihat yang baik juga untuk orang Kristen. Alih-alih mencari tempat duduk yang berbeda atau yang kita anggap lebih baik, ketika kita hidup bersama Kristus, kita dapat rileks dan menikmati saja kehidupan yang kita jalani. Semua tempat duduk memberikan akses yang sama kepada Allah. Kita bisa tahu bahwa – di mana pun kita berada dan apa pun yang terjadi pada saat itu – kita selamanya ada bersama dengan Dia.