Sisi Positif Menabur Dan Menuai
Garam dan Terang
Setiap hari adalah kesempatan untuk menabur benih yang akan menghasilkan tuaian kebenaran yang melimpah-limpah.
Apa yang pertama kali Anda pikirkan ketika orang menyebut tentang menabur dan menuai? Banyak dari kita yang langsung akan mendengarnya sebagai peringatan agar tidak berbuat dosa, karena tuaian yang menyakitkan akan menjadi akibatnya. Tetapi prinsip ini juga berlaku dalam menanam benih yang baik, yang menyenangkan Tuhan dan menghasilkan kebenaran. Sesungguhnya, Perjanjian Baru lebih sering berbicara tentang tuaian yang positif daripada yang negatif.
Menderita sekali berada di ladang yang penuh tuaian dosa, merasa menyesal karena menyadari bahwa kitalah yang sudah menanamnya. Namun, di tengah tuaian yang pahit pun, kita dapat memilih untuk menanam secara berbeda, dengan tujuan mendapatkan hasil yang baik. Tak pernah terlalu terlambat untuk mengubah benih.
Hidup kita adalah upaya perkembangan yang terus-menerus, tetapi ada kalanya kita menjadi tidak sabar atau kurang tekun untuk terus menabur jenis benih yang benar. Ketika kita masih mengalami buah yang buruk dari dosa-dosa masa lalu, kita bisa kehilangan harapan untuk melihat hasil yang baik. Namun jika kita tidak menjadi lemah dan menyerah, Allah akan memberikan buah yang baik yang mendewasakan. Dan ketika kita akhirnya melihat buah kebenaran, kita akan mengerti bahwa buah itu berharga untuk dihasilkan dan diharapkan.
Bacalah Galatia 5:16-26; Galatia 6:8-10
Sebelum membuka Alkitab, mintalah Roh Kudus menyingkapkan apa yang Dia mau Anda dapatkan dari bagian ini. Kemudian bacalah ayat-ayat itu, dan catatlah kesan-kesan pertama Anda: Pertanyaan apa yang Anda miliki? Adakah hal yang membingungkan? Ayat-ayat mana yang berbicara dalam situasi Anda saat ini, dan bagaimana?
Dalam bacaan ini rasul Paulus menunjukkan dua cara “berjalan” —atau cara hidup— yang berbeda dengan hasil tuaiannya masing-masing: Berjalan dalam Roh, menghasilkan buah Roh dan hidup yang kekal; dan hidup dalam daging akan menuai perbuatan-perbuatan daging yang membinasakan. Hanya ada dua pilihan ini saja, dan keduanya saling bertentangan (Galatia 5:17). Kita tidak bisa berdiri di antara keduanya.
Daging adalah kepribadian manusia yang dikendalikan oleh dosa dan membawa kepada pengejaran-pengejaran yang mementingkan diri sendiri. Aspek manusiawi kita ini tidak pernah bisa ditingkatkan atau diperbaiki; dan akan tetap menjadi bagian diri kita sampai kita mati atau diubahkan saat kita bertemu Tuhan.
Yang dibutuhkan untuk hidup dalam daging hanyalah melakukan hal-hal yang lazim – mengikuti hasrat hati kita, memperjuangkan hak-hak kita, dan bersandar pada diri kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengendalikan dan mengatasi keinginan daging ini adalah dengan hidup oleh Roh (Galatia 5:6).
Berjalan dalam Roh memerlukan penyangkalan diri dan bersandar pada Tuhan di setiap langkah kita. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang supernatural karena diprakarsai dan diberi kuasa oleh Roh Kudus, yang tinggal di dalam setiap orang percaya.
Jadi bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita sedang menabur benih daging atau benih Roh? Hal ini mungkin tidak bisa sejelas yang kita pikirkan. Renungkanlah contoh di Alkitab tentang orang-orang Galatia yang sudah jatuh ke dalam legalisme orang Yahudi dan berusaha membenarkan diri dengan usaha mereka sendiri lewat mematuhi Hukum Taurat. Paulus menegur mereka dengan pertanyaan ini: “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” (Galatia 3:3).
Jika kita berusaha hidup benar dengan kekuatan kita sendiri, kita akan tetap menabur dalam daging. Tidak ada upaya diri sendiri yang dapat menghasilkan benih yang baik. Setiap tuaian yang benar harus ditabur dalam Roh dengan menundukkan diri sepenuhnya pada Tuhan dan hidup dalam ketaatan kepada Firman Tuhan.