Terpanggil ke Ruang Kerja Kecil
PERJALANAN KRISTIANI
Dimanapun Anda bekerja, kita semua berada dalam pelayanan sepenuh waktu.
Oleh Daniel Darling
“Saudara John meninggalkan karirnya yang menguntungkan dalam dunia bisnis dan masuk ke dalam pelayanan Kristiani penuh waktu,” sang pendeta mengumumkan. “Ia bekerja untuk Yesus sekarang.”
Jemaat menyambutnya dengan tepuk tangan, namun hati saya sedih karena saya merasa kasihan terhadap pria yang duduk di sebelah saya. Ayah saya, seorang pedagang terampil, tidak meninggalkan bisnisnya untuk memasuki “pelayanan Kristiani penuh waktu”. Apakah itu berarti ia kurang rohani dibandingkan mereka yang menerima bayaran dari gereja?
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang ada di otak remaja saya. Untungnya, kemudian saya mendapatkan pengajaran teologi tentang iman dan pekerjaan yang lebih kuat dan akhirnya saya tidak hanya menghargai “orang awam” seperti ayah saya, melainkan juga melihat semua pekerjaan, bukan hanya pekerjaan gereja saja, sebagai pelayanan Kristiani. Namun saya menduga kebanyakan orang percaya, yang bekerja setiap hari di dunia sekuler, kurang memahami pandangan teologia tentang panggilan mereka. Hari Senin menjadi hari tersulit dalam seminggu bagi banyak orang sebab mereka tidak dapat melihat Tuhan sedang bekerja di dalam pekerjaan mereka.
Kita biasanya berpikir tentang kegunaan pekerjaan kita di dalam tiga kategori:
Pertama, pekerjaan kita adalah kesempatan untuk menghasilkan uang. Hal ini mungkin terdengar agak kasar, namun bekerja untuk menghasilkan uang adalah konsep alkitabiah. Paulus mengingatkan jemaat di Tesalonika, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (II Tesalonika 3:10). Kemudian di dalam surat kepada Timotius, Paulus berkata bahwa seorang laki-laki yang tidak menyediakan bagi keluarganya adalah “lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (I Timotius 5:8). Orang Kristen tidak seharusnya mencintai uang, namun mereka pun tidak seharusnya mengabaikan kegunaannya. Uang penting untuk hidup dan berfungsi di dalam duni ini.
Kedua, pekerjaan kita adalah kesempatan untuk memberitakan Injil. Banyak orang Kristen menyadari bahwa kehadiran mereka di lingkungan kerja sekuler adalah suatu kesempatan, yang diberikan oleh Tuhan, untuk menjadi saksi Injil. Roma 10:14 mengingatkan kita bahwa kita adalah para pengkhotbah yang Tuhan utus kepada dunia yang tersesat. Sejalan dengan waktu, hubungan kerja yang kita miliki dapat menjadi kesempatan untuk membicarakan tentang Injil. Selain itu, kualitas pekerjaan kita pun dapat menjadi saksi bisu Injil.
Ketiga, pekerjaan kita mengijinkan kita mendukung gereja. Banyak orang Kristen menyadari bahwa pemasukan yang tetap memberi lebih banyak kesempatan untuk membiayai pekerjaan kerajaan Allah. Memberi adalah tindakan penyembahan yang penuh sukacita (II Korintus 9:7); memberi juga menunjukkan bagaimana kita mendemonstrasikan prioritas rohani kita. Komitmen tetap untuk memberi kepada gereja lokal adalah kesaksian berkesinambungan bagi diri kita sendiri dan kepada dunia bahwa kita menjunjung tinggi Kristus dan persekutuan umat-Nya.
Kebanyakan orang Kristen mungkin memakai salah satu atau ketiga alasan diatas sebagai motivasi untuk pekerjaan mereka. Namun apakah menghasilkan uang, penginjilan dan memberi menjadi satu-satunya alasan untuk masuk kerja di hari Senin? Atau dapatkah ruang kerja yang kecil, pemberhentian truk atau rumah sakit pun dapat menjadi pelayanan penuh waktu selayaknya pelayanan Kristiani?
Kita cenderung melihat pekerjaan sebagai produk dari hidup di dunia yang telah dikutuk. Namun bekerja bukanlah suatu hukuman – bekerja adalah suatu karunia. Pekerjaan menjadi lebih berat karena dosa terjadi. Sekarang tanah melawan balik dengan onak dan duri. Dosa menginfeksi transaksi dan motivasi bisnis kita. Dan keadaan manusia yang terkutuk seringkali menciptakan kondisi kerja yang sulit.
Namun pekerjaan itu sendiri bukanlah kutukan. Bekerja adalah salah satu cara dimana kita mencerminkan gambar Allah. Tidak seperti ciptaan lainnya, manusia telah diberikan mandat – untuk menaklukkan bumi dan meningkatkan karunia kreatifitas kita demi memuliakan Dia. Saat kita bekerja keras dengan tangan kita dan bangga atas apa yang kita hasilkan, kita sedang menunjukkan fungsi ilahi. Itulah mengapa Alkitab mengatakan, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga” (Pengkhotbah 9:10). Jadi, bila pekerjaan yang baik yang dihasilkan oleh tangan terampil dapat memuliakan Tuhan, maka umat-Nya seharusnya termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
Pekerjaan kita, yang diselesaikan dengan baik dan dengan niat yang baik, juga merupakan tindakan penyembahan. Itulah mengapa Paulus berkata bahwa hendaknya kita bekerja “dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23). Bekerja demi pujian manusia adalah motivasi yang berlalu dengan cepat. Kita mungkin tidak akan mendapatkan pujian secara verbal ataupun finansial seperti yang kita inginkan. Kita mungkin bekerja keras dengan kondisi yang buruk dan insentif yang kecil. Bekerja dengan kesempurnaan seringkali lebih merugikan daripada menguntungkan kita. Namun bila kita memandang pekerjaan kita sebagai tindakan penyembahan kepada sang Pencipta kita, kita tidak akan pernah kekurangan inspirasi. Bahkan saat kita memiliki cukup uang. Bahkan saat kita dinaikkan ke jabatan yang tinggi di perusahaan . Bahkan bila setiap orang di kantor kita adalah orang percaya.
Dengan melihat pekerjaan kita sebagai karunia Tuhan, kita tidak perlu lagi takut dengan hari Senin atau melihat ruang kerja kita yang sempit, dapur, kelas belajar, atau area konstruksi sebagai beban. Tempat kerja menjadi kanvas yang diatasnya menunjukkan kemuliaan kreatifitas Allah. Itulah mengapa Abraham Kuyper berkata, “Tidak ada satu inci pun di dalam keseluruhan keberadaan kita sebagai manusia dimana Kristus, yang berdaulat atas segala sesuatu, tidak berseru, ‘Itu milik-Ku!’” Tidak ada pembedaan antara sekuler dan tempat suci, sebab segala isi bumi adalah milik Tuhan, bahkan di tempat-tempat sederhana yang nampaknya tidak penting dimana banyak orang Kristen menjalankan tugas mereka.
Apapun yang kita kerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, kita terikat di dalam pelayanan Kristiani sepenuh waktu mulai dari jam 9 hingga 5 sore setiap hari. Ruang kerja yang sempit bukanlah suatu penjara melainkan suatu mezbah persembahan, dan dengan mengetahui hal itu seharusnya mengubah secara radikal cara pandang kita terhadap tempat dimana kita menghabiskan sebagian besar waktu kita sebagai orang dewasa.