Tuhan Yang Menggerakkan
(Kayla Yiu)
Pemeliharaan Tuhan nyata dan melimpah di sekitar kita.
Suami saya banyak bekerja akhir-akhir ini—memenuhi panggilan-panggilan seminar pada siang hari, memulai pekerjaan yang sesungguhnya pada malam hari. Jadi sayalah yang melakukan sebagian besar pekerjaan rumahtangga kami – mencuci piring setelah menyiapkan masakan, membereskan ruangan, mencuci dan melipat pakaian pada saat makan siang, mengambil surat-surat, mengeluarkan perabotan dari mesin cuci piring. Terkadang saya bahkan membawakan makan siang ke mejanya, sebab kalau tidak, ia tidak sempat makan. Meskipun terasa melelahkan, saya tahu bahwa kesibukannya yang seperti ini tidak akan berlangsung selamanya.
Suatu malam kami bertemu teman-teman kami di serambi belakang rumah mereka untuk menikmati burger dan milkshake. Di bawah sinar lampu kelap-kelip, dan di antara gigitan nyamuk dan semilir udara dingin, mereka menanyakan tentang keadaan kami, dan saya menyebutkan tentang perasaan saya yang seolah-olah sedang melakukan perjalanan waktu ke tahun 1950-an. Kami berempat tertawa, sementara dalam hati saya merasa ngeri dengan ketakutan saya yang agak tak masuk akal, bahwa pekerjaan-pekerjaan rumahtangga akan menenggelamkan tujuan-tujuan hidup saya. Seminggu kemudian, saya tiba-tiba sadar bahwa semakin sedikit tugas-tugas yang menyita perhatian saya. Saya pergi mencari suami saya, dan ketika saya menemukannya sedang membereskan panci-panci kotor di tempat cuci piring, ia menegaskan bahwa ia tidak mau saya melakukan semua pekerjaan rumah.
Sampah dan sisa-sisa makanan berminyak mungkin tidak romantis, tetapi tindakan suami saya yang mencuci piring adalah sebuah tindakan kasih yang nyata— yang ditujukan dengan sengaja pada saya, untuk saya, dan sebagai respons langsung terhadap ketakutan-ketakutan saya, entah ia menyadarinya atau tidak. Ia bisa saja dengan mudah, dan wajar, melanjutkan rutinitas baru kami: kembali ke meja kerjanya setelah makan malam, tetapi ia memilih untuk melayani saya. Selama beberapa hari saya menikmati momen itu, bersyukur atas kasih dan perhatiannya, dan kemudian saya menemukan suatu kesadaran: Saya merindukan hubungan yang sejelas itu dengan Tuhan.
Bukankah seperti itu bagi orang-orang yang mengenal Yesus sebagai manusia? Orang-orang yang melihat Dia menanggapi kebutuhan-kebutuhan mereka secara langsung? Alkitab sering menegaskan kualitas Yesus ini —pengamatan-Nya yang tajam terhadap orang-orang dan sikap tanggap-Nya terhadap mereka. Matius, Markus, dan Lukas menuliskan contoh-contoh ketika Yesus “merasa berbelas kasih” kepada orang-orang dan berhenti dengan sengaja untuk melakukan sesuatu bagi mereka. Hal ini begitu sering terjadi sampai Yesus menjadi kelelahan. Suatu ketika, Dia ingin menyingkir dari semua orang yang sudah Dia ajar dan sembuhkan, tetapi ketika Dia “mendarat, Dia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka” (Markus 6:34). Jelaslah bahwa, meskipun Juru Selamat kita adalah manusia seutuhnya dan bisa merasa kelelahan, Dia masih tergerak pada domba-domba-Nya – seperti Dia tergerak pada kita.
Saya akui sulit bagi saya untuk mengaitkan kepekaan semacam ini dengan Bapa surgawi. Saya sering menggambarkan Bapa itu tidak bergerak – berdiri tegap dalam kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, mendiktekan kehendak-Nya dari atas dan mengamati kita yang berusaha keras untuk memahaminya. Namun jika Yesus, Bapa dan Roh yang dikaruniakan-Nya di dalam kita benar-benar satu, maka kepekaan yang kita lihat pada Yesus juga ada pada Bapa.
Kita mungkin tidak dapat memahami keterbukaan Bapa pada kita sejelas yang ditunjukkan Yesus pada orang-orang yang Dia sembuhkan, tetapi kita dapat berusaha melihat kelembutan hati yang penuh makna ini dalam hal-hal yang sudah Bapa lakukan. Sebagai contoh, seberapa sering saya berpikir bahwa pohon-pohon yang ada di luar jendela saya adalah ungkapan perhatian Bapa yang penuh kasih? Pertumbuhannya yang perlahan-lahan yang didukung tenaga surya, bunga-bunganya dan musim gugurnya, serta oksigen yang dikeluarkannya yang menopang paru-paru kita – semua itu dan masih banyak lagi adalah ungkapan kelembutan hati Bapa pada kita. Dr. Stanley pernah menulis bahwa “Kristus tahu persis di mana letak setiap bintang karena Dialah yang menaruh setiap bintang itu di angkasa dan memegang semuanya di telapak tangan-Nya. Alam semesta bergerak menurut perintah-Nya yang tepat … [Dia] membuat bumi berputar mengelilingi matahari dan tetap berputar pada porosnya dengan sudut dan kecepatan yang tepat untuk menopang kehidupan.” Bukan hanya ciptaan saja yang merupakan wasiat kasih Tuhan pada manusia, cara Dia menjaga kelangsungannya setiap hari juga.
Yakobus menuliskan lebih jelas di dalam suratnya, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yakobus 1:17). Di satu sisi, tampaknya wajar untuk percaya bahwa Tuhan itu baik, sehingga segala sesuatu yang baik datang dari Dia. Di sisi lain, seberapa sering saya menepis hal yang menyenangkan sebagai hal yang kebetulan saja? Jika saya percaya Tuhan itu berdaulat dan Dia juga memiliki kepekaan Yesus, maka saya bisa mengaitkan pemberian-pemberian kecil dan indah ini dengan Dia juga.
Alkitab berkata, Tuhan “mengenal segala jalanku,” dan Dia berjanji tidak hanya mengetahui segala kebutuhan kita, tetapi juga memenuhinya (Mazmur 139:3; Filipi 4:19). Jadi siapa yang akan berkata bahwa bukan Tuhan yang mencuci piring-piring kotor dengan bekerja melalui tangan suami saya? Pada intinya, pemeliharaan Tuhan itu tetap—kemampuan saya memahaminya yang tidak. Mungkin saya dapat berlatih dengan memakai kacamata yang berbeda dari yang saya gunakan pada teman-teman dan keluarga – kacamata yang sungguh-sungguh mencari Dia dalam setiap orang dan setiap hal. Mungkin saya tidak selalu akan menemukan kasih-Nya secara jelas, tetapi kasih-Nya akan tetap terjalin dengan murah hati dan cermat dalam seluk-beluk kehidupan saya sehari-hari.