Yang Diampuni Seharusnya Mengampuni
Sepatah Kata dari Dr. Stanley
Kita semua tahu bagaimana rasanya diperlakukan secara tidak adil — dan merasakan rasa sakit dan amarah itu kembali meskipun kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkannya. Bahkan jika kita menyimpan kebencian dalam-dalam selama bertahun-tahun, rasa terganggu sering kali akan tetap berada di bawah permukaan seperti kanker yang tidak terdeteksi.
Ketika kita menyerahkan kepahitan dan hak untuk membalas dendam, orang lain akan melihat sesuatu yang berbeda dan diinginkan tentang hidup kita.
Apakah Anda pernah mengalaminya? Yang lebih penting lagi, apakah Anda masih mengalaminya? Tuhan ingin membebaskan Anda dari efek berbahaya dari sikap tidak mengampuni. Tetapi manusia sangat ahli dalammenyangkal dan membenarkan diri. Untuk dapat dibebaskan, pertama-tama kita harus memahami perspektif-Nya dan melihat ke dalam hati kita dengan jujur.
Jika kita membiarkan kebencian menodai kita dari dalam hati kita, kita akan kehilangan kelimpahan dan kedamaian yang seharusnya mencirikan orang Kristen. Tidak hanya sikap negatif yang tertanam dapat menghambat doa, ibadah, dan persekutuan kita dengan Tuhan, tetapi juga dapat memicu reaksi berantai yang berdampak pada keluarga, teman, rekan kerja, dan bahkan kesehatan fisik kita.
Dan ada alasan lain mengapa kita harus mengampuni: Karena melakukan hal yang sebaliknya tidak cocok dengan siapa diri kita di dalam Kristus – orang-orang yang telah banyak diampuni (Efesus 4:32). Ketika kita menyerahkan kepahitan dan hak untuk membalas dendam, orang lain akan melihat sesuatu yang berbeda dan diinginkan tentang hidup kita.
Menyimpan dendam adalah luka yang diakibatkan oleh diri kita sendiri, sedangkan mempraktikkan pengampunan membawa manfaat fisik, emosional, dan spiritual yang jauh lebih baik. Doa saya adalah agar bacaan dalam renungan ini akan membantu Anda mengungkapkan area-area dalam hidup Anda dimana Allah siap untuk membebaskan Anda — dan untuk memperdalam persekutuan Anda dengan-Nya.