Kita Semua Baru Memulainya

Ya, surga adalah tujuan kekal kita. Tapi itu tidak meremehkan pekerjaan yang kita lakukan sekarang.

Oleh: Daniel Darling

“Pekerjaan Anda tidak penting. Rumah Anda tidak penting. Pertandingan sepakbola anak Anda tidak penting. Satu-satunya hal yang penting, dalam kekekalan, adalah apa yang kita kerjakan disini, saat ini.”

Begitu pendeta mengucapkan kata-kata itu, saya meringis. Saya mengerti apa yang ia maksudkan. Saya tahu maksudnya mulia dan bahwa ia peduli tentang memberitakan Injil diantara bangsa-bangsa. Namun perkataannya, suatu panggilan untuk melakukan misi, sangat menyengat di hati saya sebagai seorang remaja saat itu. Saya langsung mengingat ayah saya, seseorang yang tidak secara khusus terpanggil untuk pekerjaan pelayanan. Seorang pria yang bekerja keras setiap hari sebagai tukang ledeng, suatu pekerjaan yang menurut sang pendeta “tidaklah penting.” Apa yang nanti Ayah pikirkan, bahwa panggilan yang baginya ia memberikan hidupnya ternyata tidaklah begitu penting? Dengan logika ini, saat Allah membagi-bagikan pekerjaan, Ia telah membiarkan ayah saya berada di tim rohani yunior.

Sayangnya, retorika dan khotbah semacam ini sangat umum di antara para penginjil. Ia datang dari kerinduan mendalam yang ingin melihat orang-orang terhilang menemukan hidup yang baru di dalam Kristus. Saya senang penginjilan telah ditandai oleh semangat yang membara bagi jiwa-jiwa yang terhilang. Namun saya kuatir bahwa di dalam semangat kita untuk membagikan iman kita, terkadang kita memberikan Injil yang tidak utuh. Kita menghilangkan makna kekekalan kehidupan kita sehari-hari dengan cara yang tidak konsisten dengan pewahyuan Allah di dalam Alkitab.

Terkadang kerja keras kita nampak tidak menghasilkan buah, membuat frustasi dan menghancurkan jiwa kita. Namun di dalam kisah Injil, ada kabar baik bagi pekerjaan kita.