Alasan untuk Bernyanyi

John Morency menemukan hidup yang baru di tengah-tengah penyakit yang diderita istrinya.

Oleh Stefani McDade

 

Mata John Morency mulai berkaca-kaca selagi ia bernyanyi bersama pengunjung lainnya di tempat pangkas rambut. Momen seperti inilah – dimana ia tergugah oleh melodi atau lirik tertentu – kesedihan menyergapnya. Sekitar satu tahun yang, John kehilangan Cheryl, isterinya, setelah tiga tahun berjuang melawan kanker. Sekalipun setiap hari membawa alunan duka yang baru, ia memikirkan kembali segala yang Tuhan telah perbuat yang begitu mengubah arah hidupnya.

Saat Cheryl semakin lemah untuk dapat pergi ke gereja, mereka menyalakan TV kecil di kamarya di rumah sakit dan mulai menonton program Sentuhan Hati. Setiap Minggu pagi mereka mendengarkan, mencatat, dan mendiskusikan khotbah yang mereka dengar. Saat mereka melakukannya, Tuhan mulai menjamah hati mereka – menyembuhkan luka emosional yang mereka tidak pernah sadari bahwa mereka memilikinya.

Selama yang ia dapat ingat, Morency bangun setiap pagi dengan kemarahan yang tak dapat dijelaskan di dalam hatinya. Namun ketika ia mendengar pesan Dr. Stanley berjudul “Apakah Anda Lapar akan Cinta?”, barulah ia akhirnya mengerti darimana amarah itu berasal. John dan Cheryl pernah membuka diri satu sama lain, menceritakan kenangan menyakitkan dari pernikahan mereka sebelumnya. Mereka mengutarakan ketidakmampuan yang mereka rasakan sejak masa kanak-kanak dan belajar cara untuk saling menguatkan satu sama lain.

Sekarang, terlepas dari luka duka yang menganga, ia kagum bagaimana Tuhan sanggup mengubah kesukaran seperti itu menjadi hal yang sangat berharga. “Dalam waktu tiga tahun antara diagnosa yang Cheryl terima hingga ia meninggal, saya bertumbuh sebagai seorang suami dan ayah lebih daripada pertumbuhan selama 61 tahun hidup saya,” katanya. Dan pertumbuhan itu tidak berhenti disitu saja. John berkata, “Saya masih menyaksikan Dr. Stanley. Setiap hari Minggu, ia mengatakan sesuatu yang menyentuh hati saya.”

Sebelum Cheryl meninggal, Morency adalah orang yang tertutup. Namun sekarang ia keluar dari zona kenyamanannya. Didorong oleh konselornya, John bergabung dengan kelompok GriefShare (Berbagi Duka) supaya ia dapat dengan terbuka membicarakan proses dukanya dan karya Tuhan dalam hidupnya. Ia pun didorong untuk menuliskan daftar dari hasrat masa kecilnya. Saat ia melakukannya, ia memperhatikan bahwa hanya ada satu hal yang melibatkan orang lain, yaitu menyanyi.

Ia mendaftar di paduan suara pria di tempat pangkas rambut lokal, sambil berdoa, “Tuhan, dapatkah saya memuliakan-Mu dengan hal ini?” Sekarang, setiap Selasa malam, ia bernyanyi bersama pria lainnya – dan sekalipun mengalami tangis duka, John menemukan alasan untuk bernyanyi.