ALLAH SETIA

allah setiaMasih ada beberapa waktu untuk Pastor Manuel sebelum pergi. Matahari masih rendah di pedalaman Ekuador ketika ia bangun untuk menebar makanan ayam dan menggaruk-garuk jerami di sekitar babi-babi peliharaannya. Setelah itu ada orang-orang yang akan dikunjunginya, dan kakinya akan berderap di sepanjang jalan berdebu ke kampung-kampung pegunungan yang jauh. Namun sebelum meninggalkan peternakannya, Manuel Chacaguassay Naula akan duduk dahulu dengan semangkuk sarapannya dan mendengarkan program Dr. Stanley melalui radio.

Ia berkonsentrasi mendengarkan pengajaran itu, ikut membaca dari Alkitabnya dan merenungkannya sementara Tuhan meneguhkan hatinya. Waktu teduh ini memperlengkapinya untuk waktu berjam-jam ke depan yang ia abdikan untuk menggembalakan 20 gereja di Ekuador. Mereka bergantung pada pengajarannya serta doktrin sehat yang ia sampaikan. Ia seperti rasul Paulus – yang terus bergerak, dan terus berdoa.

Anak-anak adalah yang pertama kali mengenalinya. Topi putihnya dulu yang terlihat dari kejauhan, setelah itu mantel merahnya yang tak asing lagi mulai tampak – menjadi pertanda bagi anak-anak kecil itu untuk berlari-lari di jalan pegunungan itu untuk menyambutnya. Mereka adalah suku Quechua, yang terpinggirkan dari masyarakat, dan hanya memiliki sedikit kesempatan dan banyak kesulitan.

Pastor Manuel teringat pada masa kecilnya sendiri—segala kesukaran dan kekosongan yang ia rasakan dalam hidupnya. Itulah sebabnya ia memiliki keterbebanan untuk mengabarkan Injil di tempat ini, di antara sukunya sendiri, baik kepada kaum muda maupun orang tua. Dan Allah juga memakai anak-anak. Melihat kasih yang ditunjukkan kepada anak-anak mereka dalam nama Yesus, para ayah dan ibu anak-anak ini menjadi terbuka terhadap pesan yang disampaikan ke kampung mereka. “Ketika Anda mendengar anak-anak dari kejauhan berkata, ‘Teman-teman, Pastor datang, ’ saya merasa sangat bahagia. Hanya Tuhan yang dapat melakukan hal itu.”

“Tidak cukup hanya membahas Alkitab,” katanya, karena teringat pada banyak keluarga-keluarga yang memerlukan makanan, minuman dan pakaian. Ia memenuhi tantangan Kristus dari Matius 25:40: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Namun, 20 gereja saja belum cukup. Masih ada ratusan kampung lain yang diharapkan Pastor Manuel dapat dijangkau. Maka ia pun bekerja bersama keluarganya—istrinya Paula dan anak-anak mereka yang sudah dewasa, Marco dan Blanca. Mereka melayani, menyanyi, melakukan perjalanan dan menyaksikan Tuhan mengubah kehidupan suku mereka. “Di dalam kami melayani, ada banyak kebutuhan, persoalan dan kegagalan,” katanya. “Segala sesuatu tidak selalu berjalan lancar, tetapi saya memiliki Allah, yang tak pernah membiarkan atau meninggalkan saya.”