Ayat Yang Menyingkapkan Informasi Penting

(Tim Rhodes)

Pesan pengharapan Markus bagi tubuh Kristus yang menderita

Markus, kitab Injil yang terpendek, sangat menarik. Cara penyampaiannya ringkas dan jelas,namun pada saat yang sama juga mendebarkan dengan kecepatannya menarik pembaca dari satu adegan ke adegan berikutnya. Setiap kalimat terasa dipilih dengan saksama. Itu sebabnya bagian Injil Markus tentang Yesus yang dikhianati di Taman Getsemani menjadi sangat membingungkan. Kitab Injil ini mengingat sebagian besar kejadian pada malam itu dengan intensitas dan kegaduhan yang sama seperti yang ditulis dalam kitab-kitab Injil lainnya: Yudas mendatangi Yesus bersama serombongan orang bersenjata lengkap (Markus 14:43). Yudas mencium Yesus sebagai tanda bahwa Dialah orang yang akan ditangkap (Markus 14:44-45), dan salah seorang pengikut Tuhan menebas telinga seorang hamba imam besar (Markus 14:47). Tetapi, hanya Markus yang memilih memasukkan catatan aneh ini: “Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang” (Markus 14:51-52). Mengapa penulis ini, yang cenderung menyampaikan cerita dengan hal-hal yang penting saja, merasa terdorong untuk menambahkan kejadian yang tampaknya kebetulan dalam tulisannya tentang malam yang traumatis itu?

Tidak ada jawaban yang pasti. Karenakurangnya keterangan rinci dalam kitab Injil Markus, yang ada hanya spekulasi-spekulasi. Ada yang mengatakan,orang muda itu dimaksudkan sebagai penulis yang menempatkan dirinya sendiri dalam aksi adegan itu, untuk menunjukkan bahwa ia ada di sana dan membenarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Getsemani pada malam itu. Alasan yang mendukung teori ini adalah karena peristiwa itu hanya dicatat di Injil Markus, dan meskipun sepele, hal ini cukup spesifik untuk membuktikan bahwa ia adalah seorang saksi mata.

Dalam bukuMark for Everyone, N. T. Wright mengajak kita kembali ke awal Perjanjian Lama. Ia menulis, “Seperti Adam dan Hawa, murid-murid secara kiasan, dan dalam kasus inisecara harafiah, menyembunyikan rasa malu atas ketelanjangan mereka di taman itu. Aib mereka lengkap.” Dengan jatuh tertidur, mereka sekali lagi telah meninggalkan Dia yang, meskipun akan menghadapi penderitaan dan kesengsaraan, tidak meninggalkan mereka.

Ched Myers, penulis buku Say to This Mountain, menyampaikan pandangan lain: “Larinya orang telanjang ini melambangkan rasa malu komunitas para murid, yang meninggalkan sehelai ‘kain lenan.’ Kain ini muncul lagi sebagai pembungkus jasad Yesus ketikaakan dimakamkan. Kain yang spesifik ini, yang disebutsindón, biasanya dipakai untuk pemakaman, dan setiap kali kain ini disebutkan dalam Perjanjian Baru, pemakaiannya selalu untuk tujuan itu. Mungkinkah hal ini melambangkan kesedihan dan kehancuran para murid, yang, setelah menaruh kepercayaan yang begitu besar pada Yesus, sekarang seperti ditinggalkan tanpa apa-apa?

Markus kemungkinan mengenal kesulitan dari dekat. Penganiayaan sistematis yang dilakukan terhadap orang-orang Kristen pada zaman Kekaisaran Romawi tercatat terjadi pertama kali di bawah pemerintahan Nero pada tahun 64 Masehi. Pada bulan Juli tahun itu, Kebakaran Besar terjadi di Roma, yang menghancur-luluhkan 10 dari 14 wilayah di kota itu. Nero menyalahkan komunitas Kristen atas kehancuran itu, dan memanfaatkan kejadian itu untuk membenarkan penindasan terhadap orang percaya.

Injil Markus ditulis pada masa penganiayaan berikutnya. Di sepanjang kitab ini, perhatian tampak jelas diberikan kepada orang-orangyang menderita – suatu penekanan yang tidak tampak dalam kitab-kitab Injil lainnya. Contohnya, kita menemukan suatu gambaran yang sangat mengerikan di Markus 13:

“Tetapi kamu ini, hati-hatilah! Kamu akan diserahkan kepada majelis agama dan kamu akan dipukul di rumah ibadat dan kamu akan dihadapkan ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja karena Aku, sebagai kesaksian bagi mereka. Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa. Dan jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus. … Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat” (Markus 13:9-13).

Myers menulis bahwa meskipun perkataan Kristus tentang penganiayaan ditujukan secara khususbagi para pengikut-Nya, “Yesus tidak meminta para murid-Nya menjalani hal yang Dia sendiri tidak alami dalam kisah ini: Yesus juga “dilepaskan” ketika “keluarga”-Nya sendiri mengkhianati Dia.”

Dalam menyiapkan orang-orang percaya untuk menderita, Markus juga memastikan untuk mengingatkan kita bahwa keputusasaan bukanlah akhir dari cerita. Pasal terakhir Injil Markus menyebutkan tentang orang muda yang lain, yang kali ini dengan kemenangan. Setelah penyaliban, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome pergi ke kubur Yesus untuk merempah-rempahi tubuh Yesus (Markus 16:1). Mereka tidak hanya melihat kubur yang sudah terbuka, tetapi juga seorang muda yang duduk di dalamnya (Markus 16:4-5).

Di dalam kedua adegan itu, Markus dengan cermat mengungkapkan gambar-gambar penting, yang menunjukkan korelasi antara kedua peristiwa itu. Orang muda di Getsemani memakai kain lenan (sindon); orang muda di dalam kubur ini mengenakan jubah putih. Di Getsemani, orang muda itu melarikan diri dengan telanjang dan ketakutan. Dan di dalam kubur yang kosong, orang muda itu duduk di sebelah kanan, yang biasanya menunjukkan tentang otoritas (Markus 16:5). Berbeda dengan sikap menarik diri orang muda di Getsemani, orang muda di kubur Yesus dengan percaya diri memberitakan tentang kedatangan Kristus kembali: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu” (Markus 16:6-7).

Keterangan Markus membuat kisah penebusan menjadi kisah personal, yang menunjukkan pada orang-orang percaya bahwa penderitaan mereka yang sekarang ini bukanlah akhir dari semuanya. Myers menulis, “Kita berada di antara ‘orang muda’yang lari dengan telanjang dan ‘orang muda’ yang mengenakan pakaian martir.Bahkan usaha-usaha terbaik kita untuk setia tampaknya bisa gagal. Tetapi semua itu adalah bagian dari cerita juga. Karena justru pada saat kegagalan dan kekecewaan itulah, undangan itu datang lagi.” Undangan apakah itu? Kesempatan untuk memulai lagi.

Melalui ayat-ayat ini, Markus membuat para pembaca yang mengalami penderitaan merasa terhubung dengan cerita, dengan mengenali diri mereka sendiri di dalam cerita itu. Dengan melihat spektrum sepenuhnya dari rasa malu dan kehilangan sampai pada kelepasan dan proklamasi, kita diingatkan bahwa meskipun penderitaan dan kehancuran itu terjadi, harapan tetap ada.