Hak Istimewa Untuk Mengasihi Orang Lain

(Gayle Reynolds)

Ketika kita membiarkan Tuhan hidup di dalam kita, kemungkinannya tidak akan ada habisnya.

 

Pikirkanlah ini. Anda memiliki hak istimewa untuk menjadi pengaruh yang baik bagi satu atau dua orang teman Anda, keluarga Anda, orang-orang di sekitar Anda, anak-anak Anda, cucu-cucu Anda. Kita semua memiliki kemungkinan, tanggung jawab, dan hak istimewa yang luar biasa untuk menjadi pengaruh yang baik.

Ibu, saudara-saudara perempuan saya, dan saya pergi ke gereja setiap Minggu dengan gaun yang dijahit Ibu—dengan lengan balon pendek, kerah Peter Pan, rok yang tingginya tepat di atas lutut, dan pita yang diikatkan ke belakang. Rambut kami disisir rapi dan dikencangkan dengan jepitan; kaki kami memakai kaus kaki berenda dan sepatu kulit Mary Janes asli. Pada hari Minggu Paskah, kami menambahkan  topi putih dan dompet kecil.

Saya masih ingat perasaan terpaksa dan bersalah yang saya rasakan ketika setiap minggu menyerahkan amplop Sekolah Minggu yang berisi kisi-kisi pemeriksaan disiplin rohani: kehadiran di Sekolah Minggu dan gereja? Pelajaran yang dipelajari? Bagian Kitab Suci yang dibaca? Injil yang dibagikan? Kemudian, di tempat kudus, gambar Yesus yang terpantul dari kaca patri memandang ke arah jemaat dengan seekor anak domba di pelukan-Nya, sementara musik sakral mengalun dari organ, mengingatkan jemaat untuk memasuki rumah Tuhan dengan khidmat.

Setelah kami menyanyikan lagu-lagu rohani, pendeta—dalam setelan jas, sepatu yang disemir rapi, dan rambut klimis hitam legam—akan berdiri dan menyampaikan Firman Tuhan. Suaranya menggelegar, dan saya merasa ia sepertinya berteriak pada saya setiap minggu. Saya takut pada orang yang menunjukkan kesalahan-kesalahan kami dan memperingatkan akibat-akibat yang akan dialami jika kami tidak bertobat. Pada saat yang sama, perkataannya yang lain memberi makan jiwa saya. Ia meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah kami dan dengan sabar menjelaskan Injil dengan gambar-gambar yang ada di belakang buletin gereja. Ia adalah orang pertama dari banyak orang lainnya yang berkata pada saya bahwa saya punya tanggung jawab untuk membagikan Kabar Baik yang telah diberikan pada saya: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka untuk melakukan semua yang telah Aku perintahkan kepadamu” (Matius 28:19-20).

Maka, saya pun melakukan yang akan dilakukan semua orang Kristen yang baik. Dengan penuh semangat penginjilan, saya pertama-tama membagikan Kabar Baik kepada sahabat saya. Saya membawakan presentasi Injil, dan meyakinkannya bahwa, seperti saya, ia akan bersyukur bisa lolos dari neraka yang akan datang dengan memiliki hubungan pribadi dengan Juru Selamat. Tetapi ia tidak percaya pada kehidupan setelah kematian. Usaha saya yang berikutnya untuk mengabarkan Injil tertuju pada paman-paman saya yang pecandu alkohol. Tidak satu pun dari mereka yang percaya pada Tuhan. Yang satu membuat lelucon dan yang lain mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit seperti, Bagaimana mungkin Tuhan yang penuh kasih dan maha kuasa masih membiarkan hal-hal buruk terjadi? Saya lalu menyimpulkan bahwa saya tidak cukup tahu, jadi saya menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berusaha mengubah keadaan itu. Tetapi upaya-upaya ini tidak menambah hasil yang saya peroleh dalam memenangkan jiwa.

Bertahun-tahun kemudian, suami saya menunjukkan bagian yang hilang itu. Ia hanya berbicara kepada orang lain dan melayani mereka jika memungkinkan. Percakapan-percakapan Injil terjadi begitu saja sementara ia menjalani hari-harinya. Dalam rangka menjadi penatalayan yang setia atas anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan, saya telah mencoba untuk memilih siapa, kapan dan di mana. Padahal keselamatan dari awal sampai akhir adalah pekerjaan Tuhan. Kita menjadi pemberi pengaruh bagi Kristus ketika kita membiarkan Roh Kudus memimpin kita. Beberapa hasil usaha kita di bumi bahkan mungkin tidak pernah terungkap sampai di surga.

Hampir 50 tahun sudah berlalu sejak usaha-usaha awal saya yang terbatas dalam menjangkau orang lain bagi Kristus, dan, meskipun saya bersyukur atas disiplin yang dikembangkan guru-guru Sekolah Minggu yang bermaksud baik, saya sudah tidak lagi mencentang kisi-kisi pemeriksaan rohani. Orang lain bukanlah alat untuk digunakan supaya saya bisa merasa nyaman tentang kedudukan saya bersama Tuhan. Mereka adalah hadiah yang sering kali dibiarkan atau diambil terlalu cepat. Ketika saya berusaha mengenalinya secara perorangan, saya menemukan bahwa setiap orang adalah campuran yang indah dari berbagai kekuatan dan kelemahan dengan cerita yang unik, dan saya diberkati oleh orang-orang yang bersedia berbagi dengan saya di bagian mana pun dari kehidupan mereka di bumi ini. Saya masih percaya bahwa orang Kristen punya tanggung jawab untuk menjadi pengaruh yang baik, tetapi akhir-akhir ini saya lebih berfokus pada betapa istimewanya hak untuk mengenal dan mengasihi orang lain. Dan selalu menyenangkan ketika Tuhan memberi saya kesempatan untuk membagikan yang telah Dia lakukan untuk saya.