Jawaban Yang Kita Cari

(Charles F. Stanley)

Meskipun sama-sama penting, pengetahuan dan hikmat bukan hal yang sama.

Ke mana Anda mencari pertolongan ketika Anda merasa bimbang atau bingung? Bagi banyak dari kita, sumber informasi tercepat tentang hal apa pun adalah Internet. Tetapi terkadang sulit juga menjelajahi ribuan jawaban dan pendapat yang kita temukan di sana. Bagaimana kita tahu yang mana yang benar? Dan yang lebih buruk, yang mana yang akan menyesatkan kita?

Yang sebenarnya kita butuhkan adalah hikmat, bukan sekadar informasi. Terutama, kita membutuhkan sumber yang meyakinkan tentang hal-hal yang akan memimpin kita ke jalan yang benar setiap waktu.

Amsal 2:6-7 berkata, “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur.” Bukankah ini menakjubkan? Tuhan memiliki semua jawaban yang kita perlukan untuk menjalani hidup yang benar. Namun, untuk mendapatkannya diperlukan partisipasi dari pihak kita. Dia katakan kita harus mencarinya seperti mencari harta terpendam (Amsal 2:3-4). Meskipun Tuhan ingin sekali memberikan hikmat-Nya pada kita, Dia tidak akan menyusupkannya begitu saja ke dalam pikiran kita. Kita punya tanggung jawab untuk mencarinya dengan tekun.

Hikmat yang benar adalah kemampuan untuk melihat kehidupan dari sudut pandang Tuhan dan merespons sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Karena itu, tambang emas hikmat Tuhan ada di dalam Alkitab. Di dalam Alkitablah kita menemukan siapa Tuhan, apa yang Dia pikirkan, bagaimana Dia bekerja, dan apa yang sedang mau Dia selesaikan. Di dalam halaman-halamannya, ada contoh-contoh teladan untuk diikuti, perintah-perintah untuk ditaati, dan prinsip-prinsip untuk memimpin kita dalam setiap situasi. Enam langkah berikut ini akan menolong kita menemukan semua yang hendak diajarkan Tuhan pada kita.

Pertama, merenungkan Firman Tuhan. Dengan begitu banyaknya pandangan dunia yang membombardir kita melalui media dan budaya, kita perlu memenuhi pikiran kita dengan kebenaran Firman Tuhan (Mazmur 19:7). Dengan demikian, ketika kita dihadapkan pada situasi atau pilihan yang sulit, kita akan tahu bagaimana Tuhan mau kita merespons. Semakin kita membaca dan merenungkan yang dikatakan Tuhan dalam firman-Nya, semakin kita akan memahami pikiran-Nya tentang berbagai situasi yang kita hadapi setiap hari.

Langkah kedua adalah menaati Firman Tuhan. Membaca Alkitab saja tidak cukup. Ingat, sekadar mengumpulkan informasi, sekalipun tentang Alkitab, tidak selalu akan membuat kita bijaksana. Amsal 8:33 mengatakan, kita juga harus “memerhatikan didikan.” Hikmat diperoleh sebagai akibat mengadopsi sudut pandang Tuhan dengan kemampuan terbaik kita dan meresponi dengan taat segala perintah dan pengajaran-Nya. Hikmat selalu menyatakan dirinya dalam tindakan dan memimpin kepada pemahaman yang lebih baik tentang perspektif Tuhan dan motivasi yang meningkat untuk taat di waktu mendatang.

Ketiga, kita harus berdoa meminta hikmat. Yakobus 1:5 berkata, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Tuhan, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” Karena kita tahu bahwa Tuhan adalah Sumber segala hikmat, kita harus datang pada-Nya dengan rendah hati untuk meminta hikmat. Namun ayat selanjutnya mengatakan, kita ”harus memintanya dengan iman.” Meragukan kesetiaan Tuhan seringkali merupakan akibat dari hidup dalam ketidaktaatan tertentu. Yakobus menasihati kita untuk membuang segala tindakan yang berdosa dan menjadi pelaku Firman (Yakobus 1:21-25). Ketika kita sungguh-sungguh membaca Kitab Suci dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan hidup lurus dan benar, kita berada dalam posisi untuk menerima hikmat yang Dia janjikan.

Langkah keempat adalah menjadi pengamat. Tujuannya adalah untuk membandingkan yang kita lihat di sekitar kita dengan yang Tuhan katakan di dalam Alkitab. Jika kita memiliki pola pikir ini, makhluk-makhluk kecil yang tampaknya tidak berarti pun dapat mengajarkan hal yang berharga. Sebagai contoh, semut memberi kita teladan tentang etos kerja yang baik (Amsal 6:6-11) dan burung-burung di udara menunjukkan bahwa Tuhan itu setia memelihara dan menyediakan yang kita butuhkan sama seperti yang Dia lakukan pada makhluk-makhluk kecil itu (Matius 6:26).

Kita juga bisa belajar hikmat dengan mengamati orang lain. Sebagai contoh, ketika kita melihat orang yang tidak taat menderita akibat pilihan-pilihannya yang buruk, kita akan berhati-hati agar jangan sampai kita mengikuti jejak orang itu (Amsal 14:16). Demikian pula, dengan mengamati bahwa orang yang kaya secara materi seringkali jauh dari Tuhan, kita mengerti bahwa kekayaan dapat membuat orang buta terhadap yang betul-betul berharga. Dengan demikian kita kemungkinan tidak akan menempatkan nilai yang terlalu tinggi pada pencapaian atau keterikatan pada kekayaan materi. Namun tidak semua contoh yang kita amati itu negatif. Orang yang menunjukkan cara hidup yang saleh juga dapat menginspirasi kita untuk meniru dan meneladani mereka.

Kelima, hikmat dipelajari dari bergaul dengan orang-orang berhikmat (Amsal 13:20). Kita harus mencari orang-orang yang membuat kita rindu mengenal Tuhan lebih dalam. Orang-orang yang akan mendorong kita lebih sedia dan setia melayani dan menaati Tuhan dan meningkatkan kehausan kita akan firman Tuhan. Setelah mengamati buah kehidupan mereka, kita ingin Tuhan juga melakukan di dalam kita apa yang Dia lakukan di dalam hidup mereka.

Langkah terakhir adalah mendengarkan nasihat yang baik. Kita semua memerlukan nasihat juga. Dalam situasi-situasi ketika kita tidak bisa mengetahui dengan tepat apa yang Tuhan mau kita lakukan, kita perlu mendengarkan orang yang memiliki hikmat ilahi – orang yang hidupnya dipimpin firman Tuhan. Mungkin yang kita perlukan hanyalah bimbingan pada situasi tertentu. Atau mungkin juga kita kadang perlu merendahkan diri untuk menerima teguran atau perbaikan. Menerima hikmat Tuhan sangatlah berharga karena juga bisa menghancurkan kesombongan dan pengandalan diri kita.

Internet tidak memiliki semua jawaban — apalagi jawaban-jawaban yang paling berharga. Firman Tuhanlah satu-satunya Sumber hikmat, dan Dia mau hati dan pikiran kita dipenuhi dan dikuasai olehnya. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang melihat kehidupan dari perspektif-Nya dan dapat memberikan nasihat bijak kepada orang lain juga.

Tak pernah ada kata terlambat untuk mulai mengembangkan enam kebiasaan yang memimpin kepada hikmat ini. Ingat yang dikatakan Galatia 6:7: “Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Meskipun kita biasanya mengaitkan prinsip ini dengan hasil yang negatif, yang sebaliknya juga benar. Ketika kita menabur benih hikmat, pada waktunya kita akan menuai lebih banyak hikmat.