Mengambil Langkah Pertama

(John VandenOever)

Yesus adalah Teladan teragung dalam hal saling membangun orang lain.

Ada hal yang sangat mendalam di dalam surat pendek 3 Yohanes. Sebagai salah satu dari empat surat saja yang tidak memiliki bab, surat ini singkat namun sangat intim. Di dalamnya, rasul terakhir yang masih tersisa saat itu mengungkapkan kasih sayangnya yang mendalam kepada sahabat-sahabatnya yang berharga dalam Injil. “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran” (3 Yohanes ayat 4).

Surat-surat Paulus juga berisi perasaan serupa. Dr. Stanley membahas tentang hal ini di dalam khotbahnya yang berjudul “Being an Encourager:

Ketika Paulus menulis surat kepada jemaat di Tesalonika, ia mendorong dan menguatkan mereka dengan kepastian akan kedatangan Kristus kembali dan informasi tentang apa yang bisa diharapkan. Ia lalu berkata, “Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan” (1 Tesalonika 5:11). Kata Yunani untuk “encourager” (pendorong, penyemangat, pemberi nasihat) adalah paraklétos, yang artinya “orang yang dipanggil untuk berdampingan.” Dan itulah tepatnya yang harus kita lakukan terhadap satu sama lain – berdampingan untuk menolong.

Di satu sisi, Yohanes dan Paulus adalah para pemimpin gereja multi-lokasi, bahkan sebelum istilah semacam itu ada. Namun mereka tidak berperilaku seperti orang besar/hebat, tetapi justru sebagai pelayan dan sahabat yang erat dan melekat. Bacalah betapa mereka memohon dengan sangat di dalam tulisan-tulisannya, yang menunjukkan dengan jelas betapa mereka sangat terbeban dengan masalah-masalah gereja dan telah mencurahkan dirinya untuk mencari solusi. Dan meskipun ada banyak orang yang menjadi percaya, Yohanes dapat menulis, “Sampaikanlah salamku kepada sahabat-sahabat satu per satu” (3 Yohanes ayat 15).

Ada kepuasan besar dalam melayani Tuhan bersama para pemimpin yang tidak hanya menyampaikan hal-hal semacam ini dari atas mimbar tetapi juga melakukannya. Namun, nasihat itu juga bukan cuma untuk para pemimpin pelayanan yang ditahbiskan saja. Saling membangun satu sama lain adalah tugas setiap anggota komunitas gereja. Jika Yohanes ingin setiap orang disapa dengan namanya, itu berarti kita pertama-tama harus mengenali nama-nama semua orang lebih dulu. Hal ini tampaknya mungkin sederhana, tetapi inilah tempat terbaik untuk memulai. Seberapa sering kita terhambat dalam membangun komunitas sejati karena kita mengabaikan langkah-langkah pertama. Kita terlalu sering menunggu orang lain dulu yang bergerak. Padahal Yesus sudah mengambil langkah pertama itu bersama kita.

Ketika hati orang-orang dipenuhi rasa syukur, relasi-relasi kita bisa mengikuti teladan Kristus ketika kita saling mengenal dengan lebih baik, saling menanggung beban dan kebutuhan, dan melakukan tindakan belas kasihan. Kita dapat melakukannya dengan percaya diri karena kita tahu Roh Kudus akan senang mencurahkan kasih sayang ilahi ini di dalam kita ketika kita meminta kekuatan dari-Nya.