NATAL DAN KEMERDEKAAN

Prakata Dr. Charles F. Stanley

Ketika Anda mendengar kata “Natal,” apa yang tebersit di pikiran Anda selain hadiah-hadiah? Banyak orang percaya mungkin berpikir tentang bayi dalam palungan dan cerita kedatangan-Nya yang menakjubkan. Tetapi, sedahsyat apa pun kisah kelahiran dari seorang anak dara itu, semua itu barulah permulaan dari kehidupan paling luar biasa yang pernah ada – yang mendatangkan hadiah terbaik yang bisa kita terima.

Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, Dia masuk ke bait Allah dan membaca kitab Yesaya: “Roh Tuhan ada pada-Ku … Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan … untuk membebaskan orang-orang yang tertindas” (Lukas 4:18-19). Mungkin Anda, seperti halnya orang-orang Yahudi pada masa itu, bertanya-tanya apa maksud perkataan-Nya ini. Bagaimanapun, kebanyakan dari kita tinggal di negara merdeka dan memiliki kebebasan untukmenentukan pilihan-pilihan kita sendiri. Tetapi Yesus bukan sedang berbicara tentang perbudakan atau penjara fisik – Dia sedang merujuk pada kondisi rohani kita. Yang Dia tawarkan pada kita adalah kemerdekaan dari dosa dan kuasa dosa.

Apakah kebiasaan, perasaan atau pola pikir tertentu masih menguasai Anda meskipun Kristus sudah menjadi Juru Selamat Anda? Terkadang kita berpikir keliru bahwa dosa dan kelemahan yang mengganggu kita akansegera sirna begitu kita diselamatkan. Meskipun hal seperti ini kadang bisa terjadi, tetapi bagi sebagian besar dari kita keadaan inilebih merupakan sebuah proses.

Jika Anda mendapati diri Anda berada dalam kelompok kedua, jangan berkecil hati. Janji Kristus tetap berlaku. Jalan hidup setiap orang memang berbeda-beda, tetapi Dia yang memimpin kita kepada kemerdekaan tetap sama – setia, berkuasa dan benar. Saya berdoa kiranya renungan-renungan bulan ini dapat membantu Anda dalam mengarungi dan mengalami kemerdekaan sejati dalam Kristus.