Pertunjukan Yang Menakjubkan

(Charles F. Stanley)

Tidak seperti karya seni yang dipajang di galeri, Anda adalah mahakarya buatan Tuhan.

Pernahkah Anda memandang ke langit pada malam gelap yang cerah dan melihat pertunjukan ciptaan Tuhan yang luar biasa? Atau, apakah kehidupan berbagai jenis tanaman dan hewan membuat Anda terkagum-kagum pada kreativitas dan hikmat Tuhan? Namun, betapa pun menakjubkannya hal-hal ini, tidak ada yang dapat menandingi mahkota ciptaan-Nya —manusia. Hal ini karena hanya kita manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya, dan setiap kita itu unik.

Tuhan tidak hanya menciptakan setiap kita atau menjadikan kita ada secara fisik, tetapi bagi kita yang sudah diselamatkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Dia juga membuat kita menjadi ciptaan baru dalam Kristus (2 Korintus 5:17). Dan Efesus 2:10 berkata, “Kita ini buatan tangan-Nya, diciptakan dalam Kristus Yesus.” Bagi saya, kata buatan tangan-Nya ini berarti “masterpiece” (sebuah mahakarya) atau “sesuatu yang sangat berharga dan sempurna.”

Nah, Anda mungkin merasa sebagai ciptaan yang kacau daripada sebuah mahakarya, tetapi dari sudut pandang Tuhan, Anda sungguh merupakan sebuah karya seni. Sekalipun Anda merasa tidak berharga atau tertolak, kebenaran ini harus mengatasi perasaan-perasaan Anda. Begitu Anda menyadari betapa Anda berharga bagi Tuhan, sikap, pikiran dan perilaku Anda akan mulai selaras dengan kebenaran ini.

Dosa kemungkinan merupakan alasan paling umum yang membuat kita tidak merasa sebagai karya agungTuhan. Tetapi, hanya karena kita jatuh ke dalam pencobaan tidak berarti kita menjadi barang rongsokan. Kita tetap sebagai buatan tangan Tuhan, kita hanya memerlukan penyucian. Jika saya bepergian ke luar negeri, saya senang mengunjungi museum. Karena ingin melihat karya seni yang pernah saya kagumi sebelumnya, saya pernah kembali ke museum tertentu, namun saya mendapati lukisan itu sudah tidak ada. Saya bertanya kepada penjaga, di mana lukisan itu, dan ia berkata bahwa lukisan itu sedang dibersihkan. Apakah karena kotor, karya seni yang luar biasa itu menjadi kurang berharga? Tidak. Lukisan itu tetap berharga, karena nilainya ditentukan oleh tangan pelukisnya.

Kita juga harus ingat bahwa setiap kita merupakan sebuah karya yang masih dalam proses penyempurnaan, yang tidak akan selesai sampai Kristus datang kembali membawa kita pulang ke surga. (Baca Filipi 1:6). Namun, sebelum waktu itu tiba, kita harus menjadi gambaran dari karakter, kasih dan pelayanan Kristus. Dengan kata lain, kita adalah lukisan yang hidup dari kasih karunia dan kuasa-Nya yang mengubah segala sesuatu. Dan ketika ketika menjalani kehidupan sehari-hari, kita harus ingat bahwa:

Tujuan kita adalah memuliakan Tuhan. Tidak ada karya seni yang meninggikan dirinya sendiri. Satu-satunya alasan keberadaannya adalah karena kehendak dan talenta pelukisnya. Sebagai buatan Tuhan, kita harus mencerminkan Juru Selamat kita, dengan hidup bagi-Nya dan bukan untuk diri kita sendiri. Kemuliaan-Nya harus menjadi motif kita dalam apa pun yang kita lakukan. Jika kita hidup untuk hal lain- sekalipun itu hal-hal yang baik seperti keluarga atau karier – kita sudah melupakan tujuan kita.

Kita diciptakan untuk bekerja. “Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10). Ini bukanlah pekerjaan baik untuk kita diselamatkan, karena kita hanya diselamatkan melalui iman kepada Kristus. Kita menjadi mahakarya bukan karena hal-hal yang kita lakukan seperti halnya sebongkah marmer tidak dapat memahat dirinya sendiri menjadi sebuah patung. Hanya Sang Pencipta yang dapat membuat kita menjadi sebuah karya agung melalui relasi kita dengan Kristus.

Tetapi setelah kita menjadi buatan tangan-Nya, kita bertanggung jawab pada-Nya atas bagaimana kita hidup dan apa yang kita lakukan. Kita diselamatkan bukan untuk duduk di gereja pada hari Minggu dan kemudian melakukan apa saja yang kita inginkan selama enam hari lainnya dalam minggu itu. Tuhan sudah merancang dengan tepat apa yang Dia mau kita lakukan dalam hidup kita di dunia. Bahkan Dia sudah mempersiapkan hal itu sebelumnya. Tuhan tidak hanya memilih kita untuk menjadi anak-Nya, Dia juga merencanakan pekerjaan-pekerjaan spesifik untuk setiap kita. Cara untuk mengasihi dan menghormati Tuhan adalah dengan menemukan kehendak-Nya dan hidup di dalamnya.

Tuhan sudah menyediakan segala yang kita perlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Dia siapkan bagi kita. Di dalam Yohanes 15:4, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk tinggal di dalam Dia seperti ranting-ranting melekat pada Pokok Anggur. Jika kita tinggal dalam Kristus dan menaati Dia (Yohanes 15:10), hidup-Nya mengalir melalui kita seperti air getah tanaman, dan kita  menghasilkan buah. Mengetahui bahwa kita memerlukan perlengkapan ilahi, Yesus juga memberi kita Roh Kudus (Yohanes 14:16-17). Dan Roh Kudus juga kemudian memberikan karunia-karunia rohani pada setiap kita untuk memampukan kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ditetapkan Tuhan  (1 Korintus 12:7-11). Selain itu, pengajaran, perbaikan, teguran dan pelatihan dari Firman Tuhan memperlengkapi kita untuk melakukan apa pun yang menjadi panggilan kita (2 Timotius 3:16-17).

Tetapi, bagaimana Anda bisa mengetahui apa yang Tuhan mau Anda lakukan? Anda harus tahu bahwa kehendak-Nya berlaku dalam setiap aspek kehidupan Anda. Sebagai contoh, lingkungan hidup Anda bukanlah sekadar tempat untuk hidup, tetapi ladang misi tempat Anda bisa melayani Tuhan dengan segala kemampuan, sikap dan kesaksian Anda. Itu sebabnya penting untuk kita meminta pimpinan Tuhan. Yang tampak sebagai kesempatan baik mungkin saja bukan rencana yang ada di pikiran Tuhan.

Akan tiba saatnya ketika yang sudah kita lakukan semasa hidup kita akan diuji oleh api Tuhan (Baca 1 Korintus 3:9-15). Tidak ada yang ingin berdiri di hadapan penghakiman itu dengan melihat tumpukan kesempatan yang hilang dan karunia-karunia rohani yang tidak digunakan. Sebaliknya, bayangkan betapa sukacita kita ketika kita tahu bahwa kita sudah menginvestasikan hidup kita bagi Dia dan mendapat kehormatan untuk menyembah dalam ketundukan yang rendah hati di hadapan Dia yang menciptakan kita. Itulah panggilan yang harus dilakukan oleh mahakarya Tuhan.