Segalanya Menjadi Baru

Dengan pertolongan Roh Kudus, Olga Westfall menyampaikan kata-kata pemulihan kepada para veteran yang dalam penyembuhan fisik, mental dan spiritual.

Mata OlgaWestfall yang biasanya cerah ceriaterpejam khusuk dalam doa yang tulus. Di depannya, delapan wanita veteran duduk melingkar, dan menundukkan kepala. “Allah Yang Maha Kuasa, Engkau melihat sejak hari pertama kami masuk militer” – kata-kata Westfall memenuhi ruang kapel yang kecil itu, suaranya yang hangat kentara sekali dalam aksen Ukraina yang khas. Setiap hari Jumat, ia memimpin kelompok wanita ini melakukan devosi—mendengarkan pergumulan-pergumulan mereka dan menaburkan benih firman kehidupan ke dalam hati mereka.

Westfall adalah seorang pendeta tugas khusus di salah satu rumah sakit veteran tersibuk di Amerika Tenggara. Sebagai “personel inti,” ia memberikan bimbingan rohani kepada ratusan veteran yang dirujuk ke poli-poli medis dan psikiatri rumah sakit ini. Di sini, para pria dan wanita itu mendapat perawatan atas berbagai permasalahan kesehatan fisik dan mental mereka, yang seringkali terkait dengan tugas pelayanan mereka di bidang militer. Selain rutinitas pekerjaannya sehari-hari itu, Westfall juga mengadakan beberapa “kelompok rohani” sepanjang minggu – termasuk satu kelompok khusus untuk wanita.

Setiap kali Westfall mengunjungi para veteran, sukacita yang dibawanya ke dalam tiap ruangan akan tinggal lama setelah ia pergi, menetap di wajah-wajah mereka yang tersenyum. Setiap kali ia melakukan kunjungan, ia membawa setumpuk buku renungan In Touch (Sentuhan Hati) untuk dibagikan – yang selalu ia sisakan satu eksemplar di “Ruang Pendeta” sebagai persiapan kalau-kalau ada yang tiba-tiba membutuhkan. Di akhir setiap kunjungannya, Westfall selalu bertanya kepada para veteran itu apakah mereka mau ia berdoa bersama mereka. Sedikit sekali yang menjawab tidak mau.

Bahkan para karyawan rumah sakit itu melihat perbedaan nyata pada pasien-pasien yang sehat rohani dan sering meminta pelayanan Westfall secara pribadi. Kebanyakan pasien mereka menderita gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD), dan sebagian bergumul dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Setiap kali situasinya menjadi terlalu berat, Westfall bersandar pada sukacita Tuhan untuk mendapatkan kekuatan sehari demi sehari. Dan meskipun ia mendedikasikan hidupnya setiap hari, ia masih memiliki energi untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya di rumah dengan suami dan ketiga anaknya, yang dua di antaranya diadopsi dari Ukraina.

Sekarang, berkat pemuridannya serta dukungan dari kelompok-kelompok mingguan mereka, sebagian veteran sudah mulai menemukan kembali hidup mereka dan bahkan melayani orang lain yang mengalami pergumulan-pergumulan yang sama. Melihat bahwa Tuhan sering memilih orang-orang yang hancur untuk membawa pemulihan dalam kerajaan-Nya, Westfall merasa takjub bahwa seberapa pun dekatnya seseorang pada kematian – entah saat ia berada di garis depan pertempuran atau menghadapi musuh-musuh dari dalam dirinya – Allah sedang membuat segala sesuatu menjadi baru.