Ya, Tuhan Akan Memerhatikanmu

Memerhatikanmu (Patricia Raybon)

Sesulit apa pun segala sesuatu, Tuhan tetap di sisi Anda.

Matahari baru saja muncul, tetapi suami saya sudah meraih ponselnya dan menyetel lagu tentang memercayai Tuhan di masa sulit. “Though the storms keep on raging in my life,” (Meskipun badai mengamuk di hidupku), demikian lantunan suara bariton mendiang Douglas Miller, “and sometimes it’s hard to tell the night from day…” (dan kadang sulit untuk membedakan siang dengan malam)….. Lagu My Soul Has Been Anchored in the Lord” (Jiwaku sudah berlabuh dalam Tuhan) sering terdengar di rumah saya karena, seperti banyak keluarga lain, kami sedang berada di tengah masa yang sulit.

Tetapi Tuhan? Apakah Dia dekat? Apakah Dia akan menolong?

Inilah pertanyaan-pertanyaan yang sedang saya perjuangkan untuk menjawabnya, yang akhir-akhir ini dititikberatkan untuk memahami cara dan sarana yang jelas dalam memercayai Tuhan di tengah berbagai  tantangan. Melalui perenungan dan doa, saya menemukan beberapa cara untuk membantu menenangkan hati dan pikiran saya serta menjaga fokus saya pada Dia yang memerhatikan saya setiap waktu.

Serahkan Masalah kepada Penyelesai Masalah

Mungkin tampaknya jelas, tetapi cara terpenting dalam memercayai Tuhan ketika kita merasa tertekan adalah beralih dari masalah dan berpaling kepada-Nya. Melakukan hal itu bisa jadi tampak kurang bijaksana karena masalah bisa sedemikian keras menuntut kita untuk memberi perhatian penuh, seakan ia membutuhkan yang terbanyak dan terbaik dari kita.

Tetapi memercayai Tuhan dalam suatu masalah berarti membawa masalah itu pertama-tama kepada Tuhan. Pemazmur menjelaskan alasannya: “Tuhan itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan” (Mazmur 46:2). Dan juga ada kebenaran yang sangat penting di Mazmur 28:7: “Tuhanlah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya dan aku tertolong. Sebab itu hatiku beria-ria dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.”

Izinkan orang lain menolong

Ketika masa sulit datang, jangan mengisolasi diri. Mendekatlah kepada teman-teman yang percaya. Berhubungan lagi dengan anggota-anggota keluarga yang dapat dipercaya dan izinkan mereka “mengangkat tangan Anda” selama perjuangan yang berat. Pada waktu peperangan yang lama, Musa ditolong dengan cara ini oleh kakaknya, Harun, dan rekan mereka, Hur (Keluaran 17:10–13). Pertolongan yang kuat menghubungkan iman teguh orang lain dengan iman kita sendiri, seperti rantai jangkar, sehingga kita dapat memperbarui kepercayaan kita kepada Tuhan.

Jangan takut

Bahaya itu nyata. Yesus menegaskan hal ini ketika Dia mengajak murid-murid-Nya menyeberangi danau Galilea bersama-Nya. Anda tentu tahu cerita itu. Badai datang dan murid-murid yang ketakutan membangunkan Yesus seraya berkata, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?” (Markus 4:38).

Setelah meneduhkan badai dan angin ribut itu, Tuhan mengajukan pertanyaan-Nya sendiri kepada para murid itu: “Mengapa kamu ketakutan? Belumkah kamu percaya?” (Markus 4:40). Meskipun sudah hidup setiap hari bersama Yesus, mereka masih belum menghargai Yesus dan kuasa-Nya. Kita bisa belajar dari cerita ini – maupun dari pengalaman kita sendiri—bahwa Yesus mampu menenangkan segala dan semua badai yang mengamuk, termasuk badai dalam hidup kita.

Ceritakan pada Tuhan tentang badai Anda saat ini

Pemazmur berkata bahwa Tuhan mencatat semua kesengsaraan kita dan “menaruh air mata [kita] ke dalam kirbat-Nya” (Mazmur 56:9). Dia tak pernah melupakan setiap penderitaan berat kita. Dia peduli pada kita. Karena itu, bersandar pada-Nya berarti mengambil waktu untuk menyampaikan pergumulan-pergumulan kita kepada-Nya dan, dengan iman, meminta Dia bertindak. Tentu saja Tuhan sudah tahu, tetapi berhenti sejenak untuk berbicara dengan-Nya dalam doa merupakan cara konkret untuk menunjukkan bahwa kita percaya Dia akan menjawab.

Berkomitmen untuk mengenal Tuhan

Manusia dan hal lain dalam hidup kita bisa menghindar dan meleset, tetapi Tuhan tidak. Kita dapat memercayai Dia bahkan ketika iman kita terasa lemah, dan kita tidak tahu bagaimana Dia akan menjawab seruan kita minta tolong. Sebaliknya, jika kita bersandar pada-Nya, kita memercayai kemampuan-Nya sebagai Tuhan kita. Mengambil waktu untuk memahami kuasa-Nya yang tetap berarti ketika kita membutuhkan Dia, kita tahu Dia dapat diandalkan untuk menolong dan menjawab.

Mencari sinar matahari

Bahkan di saat badai, sinar matahari bisa menerobos. Demikian juga Tuhan kita. Carilah setiap hari saat-saat yang membuat Anda tertawa, memberi sukacita, dan mengobarkan pengharapan – dan catatlah di jurnal atau marjin Alkitab Anda. Semua ini merupakan anugerah Tuhan yang murah hati, bukti kasih-Nya yang patut selalu diingat (dan diteruskan kepada orang-orang yang Anda kasihi).

Percaya adalah sauh yang membuat kita kokoh di tengah badai, dan sebagai orang Kristen, kita dapat mengakses “dasar untuk berpegang” yang terbaik dari semuanya—Tuhan sendiri.  Badai hidup akan datang, tetapi dengan memercayai Tuhan di tengah badai, kita akan tetap teguh dan merasa aman karena kita tahu bahwa apa pun yang terjadi, kita bersama Tuhan yang selalu memerhatikan kita.