Sekarang Dan Selamanya
(Joshua Ryan Butler)
Kita sudah menerima kerajaan Tuhan—namun masih ada yang harus kita selesaikan.
Ketika Anda mendengar kata kerajaan, apa yang Anda pikirkan? Anak-anak biasanya membayangkan Disneyland, sementara pikiran orang dewasa menerawang ke istana-istana abad pertengahan atau para ksatria meja bundar. Jadi, mungkin membingungkan ketika kita membaca kitab-kitab Injil dan Yesus terus-menerus berkata, “Kerajaan Tuhan sudah dekat” (Markus 1:15). Apa maksud-Nya?
Yesus lebih sering berbicara tentang kerajaan dibandingkan topik-topik lainnya. (Kata kerajaan ditemukan lebih dari 100 kali dalam kitab-kitab Injil saja). Dan Yesus mendefinisikan Injil, atau Kabar Baik, sebagai “Injil Kerajaan” (Matius 4:23). Jika kita ingin tahu yang dimaksudkan Yesus, tempat terbaik untuk memulai adalah Perjanjian Lama, yang menjadi latar belakang pengajaran-Nya.
Pemerintahan Tuhan
Alkitab berbahasa Ibrani (PL) menggambarkan Tuhan sebagai Raja yang dahsyat yang duduk di tahta surgawi, dan bumi menjadi tumpuan kaki-Nya. Dan pemazmur berkata, “Bermazmurlah bagi Tuhan, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Tuhan adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! Tuhan memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Tuhan bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus” (Mazmur 47:7-9).
Tuhan memerintah atas seluruh ciptaan, ya benar, tetapi Dia menciptakan manusia untuk berbagi tugas ini: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas … seluruh bumi” (Kejadian 1:26). Sejak awal mula cerita Alkitab, kita dipanggil untuk ikut memerintah bersama Tuhan sebagai cara mencerminkan kekuasaan-Nya di bumi. Tugas penyandang gambar Tuhan ini bukan hanya bagi para penguasa, tetapi untuk semua manusia, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, budak maupun orang merdeka.
Tentu saja, seperti kita ketahui, kita sudah membuat kekacauan besar dalam segala sesuatu. Pemberontakan kita terhadap Tuhan telah melepaskan tali kematian dan kehancuran, dan memisahkan kita dari kehidupan yang diciptakan untuk kita nikmati bersama Tuhan. Saya bisa mengutip ayat di sini, tetapi ayat itu akan sebanyak seluruh kisah Perjanjian Lama. Berkali-kali penyandang gambar Tuhan ini menjadi pembuat berhala, lebih memilih memberontak daripada menaati perintah Tuhan. Tuhan lalu merancang mendirikan kembali pemerintahan-Nya di dunia melalui umat pilihan-Nya, yaitu Israel – namun ketika rencana ini juga dikacaukan, Tuhan memasuki adegan melalui Kristus, yang pada intinya berkata, “Aku akan menyelesaikannya sendiri.” Yesus datang untuk memulai kerajaan penebusan Tuhan.
Jadi, inilah pemahaman awal yang menolong: Ketika kita berpikir tentang “kerajaan,” kita cenderung berpikir tentang tempat yang statis, wilayah geografis atau sebidang tanah. Tetapi di dalam Alkitab, kata itu lebih merujuk pada kekuasaan yang dinamis, pemerintahan seorang raja.
Ini berlaku pada kata Ibrani (malkuth) maupun kata Yunani (basileia). Dalam hampir setiap contoh, kata-kata ini bisa langsung diterjemahkan sebagai “pemerintahan Tuhan” atau “kerajaan Tuhan.”
Kita sudah memberontak terhadap pemerintahan Tuhan, yang membuat dunia kita hancur berantakan. Tetapi Kristus sudah datang untuk membangun kembali kerajaan itu – dan itulah kabar baik yang sebenarnya!
Kerajaan yang terbalik
Lalu seperti apakah kerajaan itu? Dapatkah Anda memberikan gambaran?
Saya senang Anda bertanya, karena gaya favorit Yesus dalam mengajar tentang kerajaan itu adalah dengan memberi perumpamaan. Dia tidak banyak berkata, “Kerajaan Tuhan adalah…” yang dilanjutkan dengan definisi dari kamus, tetapi, “Kerajaan Tuhan itu seumpama,” yang diikuti dengan cerita atau gambar kata.
Beberapa perumpamaan menegaskan bagaimana kerajaan itu bertumbuh dari sesuatu yang kecil atau awal yang sederhana, seperti biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon, atau ragi yang mengkhamiri seluruh adonan (Lukas 13:18-21). Yang lain menekankan betapa berharganya kerajaan itu. Sesuatu yang layak mendapat persembahan seluruh hidup – seperti perumpamaan tentang menemukan harta karun yang tersembunyi di ladang atau mutiara yang sangat berharga (Matius 13:44-46). Perumpamaan tentang Penabur di Markus 4:1-20 menjelaskan tentang respons orang yang berbeda-beda terhadap kerajaan: Apakah kita lembut dan terbuka terhadap pemerintahan Tuhan atas hidup kita, ataukah kita mengeraskan hati dan tidak mau menerimanya?
Pengajaran-pengajaran Yesus mengungkapkan bahwa kerajaan Tuhan adalah tempat yang mengejutkan dan berkebalikan, di mana yang terdahulu menjadi yang terkemudian dan yang terkemudian menjadi yang terdahulu; yang meninggikan diri akan direndahkan dan yang merendahkan diri akan ditinggikan; dan tempat di mana Tuhan tidak hanya memperhatikan perilaku luar kita tetapi juga sikap hati kita (Matius 5).
Orang sering berbicara tentang “membangun” kerajaan Tuhan, tetapi yang menarik: Yesus tidak pernah memerintahkan kita untuk membangun kerajaan itu, kita hanya perlu menyambut/ menerimanya (Markus 10:15). Pemerintahan Tuhan atas dunia sudah dan sedang berlangsung, tetapi apakah kita bersedia bertobat, atau berbalik dari usaha kita menjadi tuhan atas hidup kita sendiri? Apakah kita bersedia bertelut di bawah kekuasaan Tuhan, menundukkan diri di bawah otoritas-Nya, dan dibentuk oleh kerinduan dan tujuan-Nya atas kita? Jika ya, kita akan mendapati bahwa kerajaan Tuhan itu “terbalik” karena kekuasaannya tidak digunakan untuk menguasai orang lain, tetapi untuk memberi diri dalam pelayanan bagi orang lain. Dan, dengan mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Tuhan, kita menemukan hidup yang sesungguhnya (Matius 16:25; 20:25-28).
Sekarang dan Belum
Kerajaan Tuhan itu sekarang dan sekaligus belum, sudah terjadi di antara kita sekarang dan sekaligus masih berupa harapan yang masih akan terjadi di masa mendatang, sesuatu yang harus kita nantikan dengan sungguh-sungguh. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Karena Tuhan masih sabar dengan pemberontakan manusia, masih ada yang “belum” terjadi dalam kerajaan, dengan hal-hal yang jauh dari yang diperkirakan. Tetapi di dalam Kristus juga sudah ada yang terjadi “sekarang.” Dan ketika kita merendahkan diri di hadapan Yesus, kita dapat mengalami kuasa-Nya yang memenuhi hidup kita dan memengaruhi umat-Nya, melalui kita, di dalam dunia.
Yesus mengajar tentang kerajaan, menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan. Ini adalah gambaran tentang Raja yang bekerja, yang mengusir musuh dan merebut kembali kehidupan di kerajaan-Nya. Yesus berkata, “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Tuhan, maka sesungguhnya Kerajaan Tuhan sudah datang kepadamu” (Lukas 11:20). Hal itu selalu ada di sini, kata Yesus, dan kita melihat hal itu setiap kali Raja itu mengklaim dengan sukses area-area penebusan di medan perang kehidupan kita. Kemenangan ini dapat sesederhana orang yang menyerahkan dirinya untuk menaati Yesus, atau semenakjubkan orang yang bangkit dari kematian – yang sebenarnya, jika Anda merenungkannya, merupakan hal yang sama.
Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa, “Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga” (Matius 6:10). Ini menunjukkan masih ada pekerjaan yang harus dilakukan, celah antara hal-hal yang sudah terjadi sekarang dengan hal-hal yang masih akan terjadi kemudian. Namun kita tidak akan mengalami kepenuhan kerajaan sampai orang-orang mati dibangkitkan dan seluruh bumi dipenuhi dengan hadirat Tuhan, tenggelam dalam kekuasaan Raja yang memberi-hidup.
Yesus sudah memulai kerajaan itu, dan meskipun kita sudah memberontak, Dia memberi kita kesempatan untuk menjadi warga kerajaan penebusan-Nya. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Dia telah merebut kembali dunia bagi Tuhan dan membuka jalan bagi kita untuk memasuki kerajaan itu. Kita diundang menjadi agen-agen kerajaan-Nya – kita yang diubahkan oleh kuasa-Nya yang mengguncang dunia ketika kita berkata ya kepada Yesus sebagai Raja.